Bayangkan bila pada saat kita berdoa dan mendengar ini:
“Terima kasih, Anda telah menghubungi Rumah Bapa”. Pilihlah salah satu:
* Tekan 1 untuk ‘meminta’.
* Tekan 2 untuk ‘mengucap syukur’.
* Tekan 3 untuk ‘mengeluh’.
* Tekan 4 untuk ‘permintaan lainnya’.”
Atau, bagaimana jika Allah memohon maaf seperti ini: “Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain. Tetaplah menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya.”
Bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat respons seperti ini:
* “Jika Anda mau bicara dengan Malaikat Gabriel, tekan 1;
dengan Malaikat Mikhail, tekan 2; dengan malaikat lainnya, tekan 3.
Jika Anda ingin mendengar nyanyian Raja Daud saat Anda menunggu, tekan 4.
“Untuk mengetahui apakah orang yang Anda kasihi akan dipanggil ke Rumah Bapa, masukkanlah nomor KTP-nya.
Untuk pesan tempat di Rumah Bapa, tekanlah Y, O, H, A, N, E, S dan tekan 3,1, 6.”
“Untuk jawaban pertanyaan tentang dinosaurus, umur bumi, dan di mana bahtera Nuh berada, silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini.”
Atau bisa juga Anda mendengar ini:
“Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini, silakan mencoba kembali esok hari.”
“Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9 pagi.”
Namun puji Tuhan,
Allah kita mengasihi kita,
Anda dapat menelponNya setiap saat !!!
Anda hanya perlu untuk memanggilnya sekali dan Tuhan mendengar Anda.Karena Yesus, Anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk.
Tuhan menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara pribadi.
Ketika Anda memanggil dan Tuhan akan menjawab; Anda akan menangis minta tolong dan DIA akan berkata : “Ini AKU” (Yesaya 58:9).
Ketika Anda memanggil, gunakan Nomor Telepon Darurat dibawah ini:
* Saat Berduka Cita, putar Yohanes 14.
* Ketika dikecewakan sesama, putar Mazmur 27.
* Jika Anda ingin berbuah, putar Yohanes 15.
* Ketika Anda Berdosa, putar Mazmur 51.
* Ketika Anda kawatir, putar Matius 6:19-34.
* Ketika Anda dalam bahaya, putar Mazmur 91.
* Ketika Tuhan terasa jauh, putar Mazmur 139.
* Ketika Iman Anda perlu dikuatkan putar Ibrani 11.
* Ketika Anda merasa sendiri dan takut, putar Mazmur 23.
* Ketika hidup Anda sedang dalam kepahitan, putar I Korintus 13.
* Untuk Rahasia kebahagiaan Paulus, putar Kolose 3 : 12-17.
* Untuk Arti Kekristenan, putar I Korintus 5 : 15-19.
* Ketika Anda merasa kecewa dan ditinggalkan, putar Roma 8 :31-39.
* Ketika Anda menginginkan kedamaian dan ketenangan, putar Matius 11:25-30.
* Ketika Dunia terlihat lebih besar dari Tuhan, putar Mazmur 90.
* Ketika Anda ingin jaminan Kekristenan putar Roma 8 : 1-30.
* Ketika Anda meninggalkan rumah untuk bekerja atau bepergian, putar Mazmur 121.
* Untuk penemuan/kesempatan besar, putar Yesaya 55.
* Ketika Anda membutuhkan keberanian untuk suatu tugas, putar Yosua 1.
* Supaya dapat bergaul dengan baik terhadap sesama, putar Roma 12.
* Ketika Anda memikirkan kekayaan, putar Markus 10.
* Saat Anda mengalami depresi, putar Mazmur 27.
* Jika Anda kesulitan keuangan, putar Mazmur 37.
* Jika Anda kehilangan kepercayaan terhadap orang, putar I Korintus 13.
* Jika orang di sekitar kita tampak berlaku tidak baik, putar Yohanes 15
Thursday, August 14th, 2008, cited from Sukasuka
Pengunjung
FEEDJIT Live Traffic Feed
Blog Archive
-
▼
2009
(66)
-
▼
April
(17)
- Buku III Sela (67 lagu) : 'Hanya Dia Raja'
- Buku IX Sela (coming up) : 'Ku Tahu Rasanya'
- Buku III Sela (67 lagu) : 'Yesuslah, Kini dan Sela...
- Buku III Sela (67 lagu) : 'Aku Telah Lahir Kembali'
- Buku VIII Sela 2009 'Domba Suci Allah'
- Buku VIII Sela 2009 'Akan Kuikut Kau Sepanjang Waktu'
- Buku VIII Sela 2009 'Kau Rajaku'
- Buku VIII Sela 2009 'Datang Pada Yang MahaSuci'
- Buku VIII Sela 2009 'Dimuliakan, Tuhan'
- Buku VIII Sela 2009 'Ada Jalan Ke Surga'
- Buku VIII Sela 2009 'Yesus Kan Datang Lagi'
- Buku VIII Sela 2009 'PadaMu Ku Kan Setia'
- Buku VIII Sela 2009 'KasihNya Besar'
- Buku VIII Sela 2009 'Nyanyikan Pujian'
- Buku VIII Sela 2009 'Yesus, Bawaku Dalam DoaMu'
- Buku VIII Sela 2009 'Kau Girangkanku'
- Buku VIII Sela 2009 'Dia Berdoa Bagiku'
-
▼
April
(17)
Feedback
Showing posts with label thought for the week. Show all posts
Showing posts with label thought for the week. Show all posts
Tuesday, December 2, 2008
Sunday, October 26, 2008
PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Apa sih “penyembahan” itu..??
Penyembahan adalah suatu bentuk kasih kita kepada Tuhan yang merupakan suatu hubungan atau komunikasi antara kita dengan Bapa. Kita diciptakan untuk menyembah Dia karena Dia adalah Allah yang layak untuk disembah, agung dan mulia. Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan (Maz. 150:6). Penyembahan itu haruslah keluar dari dalam diri kita dengan apa adanya kita. Kita harus tahu siapa sebenarnya diri kita di dalam Tuhan, sehingga kita bisa menyembah Dia dengan segala yang ada pada kita. Kita adalah anak-Nya, kita harus menjadikan Allah itu BAPA dalam hidup kita dan berkomunikasi dengan-Nya. Jangan pernah menganggap remeh talenta yang ada dalam diri kita, sebaliknya kita harus belajar untuk memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Kita harus mengerti kuasa yang ada dalam penyembahan dan kuasa hadirat Tuhan itu. Kita menyembah Dia karena kebesaran-Nya, kesetiaan-Nya, kebaikan-Nya bagi kita dan karena siapakah Dia…..?
Penyembahan itu tidak hanya bicara soal menyanyi atau musik yang kita mainkan saja tetapi penyembahan itu lebih merupakan sifat dasar hidup kita dan hati kita. Penyembahan tidak hanya dilakukan di Gereja saja, tetapi harus merupakan suatu gaya hidup dan suatu hubungan yang intim antara kita dengan Tuhan di manapun kita berada. Sebenarnya yang Tuhan mau dari penyembahan ini adalah hati kita yaitu “hati yang menyembah” yang selalu bisa menyembah Dia dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun. Tuhan bukan mencari orang yang pintar bernyanyi/bermain musik, tetapi Tuhan mencari orang yang memiliki hati yang mau menyembah Dia.
Tips sebagai Pemimpin Pujian:
1. Sebagai Pemimpin Pujian kita harus “bersih” dengan tugas kita sebagai Pemimpin Pujian. Tujuannya: Membawa jemaat ke dalam hadirat Tuhan dan agar mereka bisa berdiam dan merasakan hadirat Tuhan, mempersiapkan jemaat untuk ditaburi dengan firman Tuhan, menciptakan atmosfir surgawi.
2. Dalam mempersiapkan lagu pilihan tema untuk setiap minggunya, misalnya tema untuk minggu ini adalah perayaan pujian, jadi lagu-lagunya menjurus tentang perayaan, atau mungkin temanya adalah intimasi. Agar memiliki tema dalam suatu kebaktian, kita harus peka terhadap pimpinan Tuhan dan juga berkomunikasi dengan pemimpin/pendeta kita.
3. Praktis dan berikan yang terbaik buat Tuhan. Bangun talentamu!
4. Jangan memaksakan jemaat, pimpinlah dengan iman dalam naungan Roh Kudus. Tahu bagaimana harus berkomunikasi dengan jemaat, pemusik, singers, contohnya: kontak mata, bangun hubungan antara kita dengan team, tanda-tanda lewat tangan.
5. Jadilah dirimu sendiri karena kita mempunyai panggilan dan keunikan masing-masing. Jangan mencoba untuk menjadi orang lain. Kita harus menjadi kokoh dan tahu bahwa Tuhan memanggil kita untuk melakukan apa yang Ia inginkan. Kita mempunyai peranan penting. Jadi bekerjalah dari dalam karena apa yang ada di dalammu itulah yang akan mengatur apa yang akan kau lakukan.
6. Berkomunikasilah dengan pendeta. Kadangkala ada waktu-waktu tertentu dimana pemimpin pujian dan pendetanya harus duduk dan merencanakan untuk perkembangan dan rencana untuk Team Pujian dan Penyembahan dan dibawah kontrol (visi) pendeta. Milikilah hubungan yang kuat dengan gembala dan bekerjalah dengannya dan bergerak bersama dengan visi gembala. Ibr 13:17, bekerja di bawah otoritas gembala, dan melayani dalam visi di rumah Tuhan. Mempunyai komitmen dengan gembala demi kesuksesan di dalam segala hal. Setan suka sekali mencoba untuk menghancurkan hubungan antara WL (Worship Leader) dan pendeta supaya gereja itu tidak bisa berkembang, sebelumnya kita harus memecahkan tembok itu dan bersama dengan pastor kita maju (1 Pet. 4:10). Kita berlari arena yang sama, kita harus lari bersama. Mazmur 81;15. penundukan diri datang dari hati kita.
7. Setialah kepada team, tingkatkan komitmen di dalam team. Bangun hubungan yang baik dan kesatuan di dalam satu team.
8. Disiplinlah, contohnya: tepat waktu, kehadiran….
9. Rendahkanlah dirimu, jangan pernah mempunyai tujuan untuk mencari promosi, tetapi sebagai WL, kita harus belajar untuk meletakkan diri kita di balik salib-Nya sehingga hanya Dia yang dimuliakan. Tudung pelayan adalah kunci keberhasilan sukses kita. Di manapun letak posisi kita, apapun yang kita lakukan kita harus memiliki sikap seorang hamba yang tujuannya hanyalah untuk menyenangkan Tuannya.(Filp. 2:3-11). Layani dengan iman yang penuh (Ayb. 23:11-14). Layani dengan sikap hati yang benar (I Pet 4:10-11)
10. Bangkitlah para pemimpin baru. Jangan takut dengan pemimpin baru, kita harus menjadi orang besar yang tahu bagaimana melepaskan segala sesuatu dalam panggilan-Nya. Jangan cemburu dengan keberhasilan orang lain, melainkan kita harus merasa aman dan yakin dengan diri kita, dan senang dengan keberhasilan orang lain.
11. Mempunyai ketrampilan untuk memimpin dan berlatih serta memberikan yang terbaik untuk Allah. Melayani dengan roh yang luar biasa (roh yang ingin memberikan yang terbaik) bukan roh yang perfeksionis (roh yang ingin membuat segala sesuatu sempurna dan segala sesuatu teratur) tetapi kita perlu mengetahui pada saat kita memberikan yang terbaik dari dalam hati kita, sehingga Tuhan akan membuatnya sempurna di mata Dia dan bukan di mata manusia.
12. Jangan mencoba untuk menyenangkan diri sendiri karena itu kita berarti kompromi.Tetapi apapun yang kita lakukan kita harus menyenangkan Tuhan. Terkadang kita harus mengambil langkah untuk taat agar Allah mengambil alih, karena seringkali sebagai WL kita mencoba untuk menyenangkan orang-orang lain bukan menyenangkan Tuhan, karena kita takut ditolak oleh orang. Oleh sebab itu kita harus punya fokus untuk menyenangkan Tuhan dan menjadi aman dengan diri kita, sehingga kita tidak takut ditolak orang, tetapi kita bisa berdiri dan berada dalam penguasaan Allah.
13. Untuk menjadi seorang penyembah yang benar, itu merupakan suatu proses kehidupan kita, sehingga kalau kita mau diproses Tuhan, kita tidak boleh lari karena Dia sedang membentuk kita untuk menjadi bejana-Nya yang indah. Seberapa lama sih prosesnya itu? Hidup adalah sebuah perjalanan dan demikian juga dalam penyembahan. Seberapa lama proses kita itu tergantung dengan diri kita, dan bagaimana kita meresponi proses tersebut. Apakah kita taat atau malahan kita menunda proses-Nya sehingga kita harus tahu bagaimana tinggal di dalam proses dan tinggal di dalam Allah.
14. Intinya sebagai WL kita harus mengerjakan 4”S” dalam pelayanan, yaitu Skill /trampil (kemampuan secara tehnik, memahami dasar pengetahuan tentang musik.), Maz. 33:3. Sensitivity/kepekaan terhadap Roh Kudus, terhadap orang lain, dan terhadap arus pimpinan Tuhan (Gal 5:16). Submission/kepatuhan, coba lagi dan coba lagi, karena ini adalah bagian terpenting sbg WL. Kita harus tahu bagaimana tunduk kepada otoritas di atas kita. Tunduk kepada Tuhan dan otoritas di atas kita. Sanctification/Kekudusan, adalah proses dijadikan murni (menjadi seorang pribadi yang utuh), sedang dipisahkan (Rom. 5, Filp. 1:6, I Tes. 5:23, Ef. 1:4, Kol. 1:10,23)
15. Jadilah nyata! Jangan memakai topeng! Sebagai penyembah-penyembah yang benar, kita harus menghidupi kehidupan dan karakter Kristus, jangan hanya bisa menyembah di atas panggung tetapi berbeda dengan kehidupan di bawah, sehingga kita menjadi orang munafik. Karena itu, marilah berada dalam suatu hidup yang nyata!!
Bagian-bagian Dalam Tim Penyembahan :
Direktor Musik :yang mempunyai tugas atau peran yang sama seperti Worship Leader, karena dia adalah penyembah yang tahu menyembah Tuhan dengan permainan musiknya, dan mengatur para pemusik dalam satu pelayanan, sehingga musiknya bisa ada keharmonisan dan dia harus bekerja sama dengan WL dan mengetahui apa maunya WL dan bersama-sama menjalankannya. Dia juga harus berada dalam keselarasan dengan Roh Kudus, sehingga Dia bisa peka terhadap pimpina Roh Kudus.
Singers/Penyanyi-penyanyi: mempunyai tugas sebagai penyembah bersama-sama dengan Pemimpin Pujian untuk membawa hadirat Tuhan dan menambah keharmonisan didalam vocal dan Para Penyanyi juga sebagai contoh di dalam penyembahan.
Penata Suara/sound man: adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam penyembahan. Kita perlu memiliki komunikasi yang baik dengan penata suara orang yang menangani sound sistem. Tanpa disadari kita sering menganggap remeh bagian ini, padahal kita harus mengerti betapa pentingnya mereka dan harus berterimakasih kepada mereka.
Pemusik : mereka adalah tim yang bersama-sama dengan WL dan Direktor Musik untuk mendatangkan hadirat Tuhan (Maz. 150). Musik dipakai juga untuk alat peperangan. Sebagai Pemusik kita juga harus memiliki hati yang menyembah, jangan hanya melayani dengan talenta saja, tetapi melayani dengan hati. Sebagai pemusik kita harus tahu 4 ketrampilan musik : mengetahui melodi, harmonisasi, irama dan belajar kata-kata. Jadi kita juga harus memiliki dasar-dasar ini, dan mengembangkannya sampai maksimal.
Choir/Paduan Suara : mempunyai tugas untuk membawa atmosfir dan menghasilkan suatu suara harmonis, dan di paduan suaralah secara khusus sebagai tempat untuk membina orang untuk meningkat ke tingkatan lain daalam pelayanannya dan meningkatkan talentanya.
Dancers/Penari-penari : merupakan suatu bagian dari pemusik yang tujuannya bukan untuk menampilkan dirinya sendiri tetapi untuk bekerja sama dengan tim penyembaahan untuk membawa hadirat Tuhan dan merupakan suatu ekspresi tubuh dalam menyembah Tuhan.
Sebagai kesimpulan, Saya berharap supaya semua ini menjadi berkat bagi kita semua dan kita bisa dibawa lebih lagi di dalam perjalanan kita untuk mejadi penyembah yang benar. Jangan lupa untuk terus tinggal dalam proses dan jangan lari dari proses tersebut. Jadilah kreatif dalam segala sesuatu dan bahwa kita dapat melakukannya. Dan terus miliki hati yang menyembah dan hati yang bersih, suci dan murni dengan fokus kita di dalam penyembahan kita. Pokoknya Tuhan bukan mencari orang pintar, tetapi Dia mencari penyembah-penyembah yang benar dan memiliki hati yang menyembah. Any way sekarang tinggal kita praktekkan dan mari sama-sama kita membawa atmosfir yang baik kedalam dunia ini.
Selamanya! Dan marilah mengarahkan tujuan ke depan bersama-sama dan fokus dengan apa yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Fokus pada Tuhan deh, OK!! God Bless You.
(dikutip dari ARTIKEL PUJIAN DAN PENYEMBAHAN, web.gbiantiokhia)
Sunday, October 12, 2008
Duduk manis di gereja, emangnya gampang?

by Inge Triastuti
Aku bukan paranormal. Tetapi aku berani menaksir sedikitnya 4 dari 10 orang yang menghadiri ibadah Minggu di gereja pernah berpikir begini, “Aku ke gereja setiap Minggu, tapi aku lebih sering merasa tidak dapat apa-apa. Selama ibadah aku sulit konsen. Pikiran melayang kemana-mana. Jika begini terus, apa masih ada gunanya aku ke gereja?”
Yang sulit ditaksir adalah kebanyakan mereka itu jemaat baru atau lama, laki atau perempuan, remaja atau lanjut usia, aktivis atau bukan, miskin atau kaya, berpendidikan tinggi atau hanya lulusan SD, karena siapa saja bisa kena godaan itu. Bahkan guru Sekolah Minggu bisa punya pengalaman yang sama hanya pengungkapannya yang berbeda. “Memangnya saya harus menghadiri ibadah umum? Bukankah dengan memimpin Sekolah Minggu otomatis saya sudah berbakti kepada Tuhan?”
Jika pertanyaan “mengapa begitu” diajukan kepada mereka, maka cerita yang kita (peroleh adalah kotbah yang tidak menarik, musik dan lagu yang ketinggalan jaman, liturgi yang membosankan, ruang kebaktian yang pengap, pendeta yang pilih kasih, pengurus gereja yang begini-begitu dan semacamnya yang ada di luar diri mereka. Lalu mereka menceritakan hal-hal yang menarik di gereja lain. Harus disyukuri bila ternyata mereka pindah ke gereja yang pas dengan kebutuhannya itu. Tetapi ada di antara mereka yang tidak ke mana-mana pada hari Minggu. Mereka menunggu dikunjungi pendeta atau penatuanya. Mereka menunggu cerita domba yang hilang menjadi realita sampai berbulan-bulan. Ketika aku mengeluhkan kurangnya perhatian ini kepada seorang teman, dia tertawa. “Jaman sekarang orang berpikir ekonomis dan kritis, tidak seperti orang jaman dulu,” katanya. “Sekarang kalau ada domba yang hilang, sebelum tim SAR diberangkatkan, spesifikasi domba itu dipelajari dulu. Berapa kilo bobotnya, bagaimana kesehatannya, seberapa tinggi kepatuhannya. Kalau dia gemuk, sehat dan penurut, tim penyelamat segera berangkat. Tapi ceritanya bisa berbeda kalau domba yang hilang itu kamu. Sudah kerempeng, berpenyakitan, cerewet lagi.”
Bagaimana kita memandang gereja, sangat menentukan sikap kita ketika berada di dalamnya. Dulu aku pernah berpikir bahwa gereja adalah tempat hiburan. Maksudku, aku akan dihibur selama 1 atau sekian jam di dalam gereja. Karenanya, aku mudah merasa gerah bila paduan suara tidak menyanyi dengan baik, pendeta membawa kotbah yang topiknya tidak aku sukai, atau pemain musik bermain dengan langgam klasik. Sikapku berubah ketika kemudian aku bisa menerima pendapat bahwa ke gereja berarti datang bersama-sama orang Kristen lainnya untuk beribadah kepada Tuhan, bukan untuk menyenangkan diri sendiri. Menghadiri ibadah ternyata bukan hak, tetapi kewajiban. Seperti kewajiban seorang anak untuk menyatakan hormatnya kepada orang tuanya.
Sunday Service
Tanpa harus ke luar negeri, di kota-kota besar negeri ini, kita bisa melihat beberapa gereja menulis jadwal kegiatan rutinnya di papan namanya dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Kata kebaktian umum atau ibadah raya diterjemahkan dengan “Sunday Service”. Kata “service” berasal dari kata to serve, melayani. Dari kata to serve, lahir kata servile (bersikap merendahkan diri), servility (sikap sebagai budak) dan servitude (perhambaan). Kata “service” yang berarti “layanan” atau “ibadah” ini bisa ditemui dalam Alkitab berbahasa Inggris. Misalnya di Filipi 2:17 “Yea, and if I be offered upon the sacrifice and service of your faith, I joy, and rejoice with you all” (Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian). Kata service atau ibadah dalam Alkitab ini diterjemahkan dari kata leitourgia. Kata ini juga muncul di Lukas 1:23 (= jabatan imam/ministration), 2 Korintus 9:12 (pelayanan/service), Filipi 2:30 (pelayanan/service), Ibrani 8:6 (pelayanan/ministry), Ibrani 9:21 (ibadah/ministry).
Dari beragam arti dalam kata leitourgia, aku menyimpulkan bahwa ketika beribadah dalam kebaktian Minggu, walaupun hanya sebagai jemaat biasa, kita sedang melakukan pelayanan. Dari liturgi yang kita pergunakan, jelas bahwa pelayanan ini jauh lebih tinggi nilainya daripada pelayanan-pelayanan lain karena di sini yang kita layani adalah Tuhan Allah, bukan manusia. Sayangnya, kita lebih meninggikan pelayanan kepada manusia daripada kepada Tuhan. Kita berani datang terlambat dan pulang lebih awal ketika beribadah, tetapi kita tidak berani melakukan hal yang sama dalam rapat penatua gereja. Kita berani gaduh sendiri dalam kebaktian, padahal dalam rapat pengurus Komisi kita duduk dengan manis tanpa kata. Kita berani menyanyi sembarangan dalam ibadah, padahal ketika memimpin pujian di Sekolah Minggu kita berusaha mati-matian menyanyi dengan benar.
The handicap
Tidak bisa selalu duduk manis dalam ibadah adalah salah satu kelemahanku dulu. Ada saja yang menghalanginya, yang semuanya bersumber pada ketiadaan kerendahan hati. Begitu duduk, mataku melihat berkeliling. Selalu saja aku menemukan hal-hal yang kurang beres. Mulut sih ga ngomong, tapi hati ngedumel. “Pengurus gereja ini payah. Malas kok dipelihara. Ari gini ‘kan udah hampir Paskah. Hiasan-hiasan praPaskah belum juga dipasang.”
Ketika perasaan jemaat larut dalam lagu yang dibawakan oleh seorang solois dengan penuh perasaan sampai-sampai air matanya mengalir di pipi, aku berkomentar sinis dalam hati, “Bayar dulu tu utang elo nyang udah setaon, baru nyanyi pake nangis.”
Waktu pendetaku berkotbah, barulah aku duduk manis untuk menyimaknya. Sayangnya bukan sebagai murid yang duduk mendengar gurunya mengajar, tetapi untuk meneliti apakah yang dibicarakan itu tidak menyimpang dari pengajaran Alkitab, doktrin dan dogma gereja. Ini susahnya kalau kami berdua sama-sama bergelar M.Min. Kepanjangan gelarnya adalah “Master of Ministry”, sedangkan punyaku “Mung Minteri” (hanya sok pintar).
Karena menyadari sikap seperti ini tidak sepatutnya dipelihara apalagi dikembangbiakkan, aku berusaha mencoba beberapa kiat untuk mengobatinya. Terapi pertama adalah bersikap cuek, mematikan perasaan. Tetapi kalau yang ada di depan – entah itu pemusik, anggota koor, penatua – adalah orang yang sedang tidak aku sukai, sulit aku mengosongkan perasaan tanpa memejamkan mata. Untuk meram aku tidak berani karena takut tertidur. Pernah aku melihat seorang jemaat tertidur nyenyak sekali. Pake ngorok lagi. Jemaat di dekatnya hanya senyum-senyum kecut saja. Penatua juga tidak berani membangunkannya. Mungkin takut dituduh merusak kedamaian yang sedang dinikmati oleh jemaat yang berlelah ini. Apa ga memalukan kalau aku mengalami nasib yang sama? Solusinya, aku menundukkan kepala sambil mengulum permen padahal aku marah banget bila ada anak Sekolah Minggu di kelasku makan permen. Tak apalah berlaku munafik selama tidak ketahuan orang. Lagipula aku selalu duduk di barisan bangku paling belakang. Ketahuan Tuhan pasti, tapi tanpa resikonya kok karena Ia tidak akan pernah menceritakan kemunafikanku ini kepada orang lain. Iya kan?
Terapi ini terpaksa aku hentikan gara-gara sebuah musibah. Menjelang kotbah adalah saat aku memasukkan permen ke mulut. Suatu ketika begitu permen aku masukkan, bangku kosong di sebelahku diduduki seorang perempuan. Terlambat hampir 30 menit, keterlaluan sekali! Aku menoleh untuk melihat siapakah yang tidak sopan ini. “Aduh I’in, malu aku telat begini. Untung belum kotbah ya.” Mataku terbelalak. Karena – pertama – yang kurang ajar ini ternyata maminya anak Sekolah Minggu-ku. Kedua, permen yang bergegas kutelan nyangkut di tenggorokan. Aku lupa permen itu masih gede. Saat kotbah betul-betul saat yang menyengsarakan. Dan hari itu adalah yang paling menyengsarakan karena aku kesulitan membuat permen pedas itu bisa tertelan masuk ke lambungku. Di akhir kotbah tetanggaku ini berbisik, “Biar pendeta tamu itu dari kota kecil, kotbahnya bagus sekali. Mengena ya?” sambil melirik kertas tisiu di tanganku yang selama kotbah berulang kali kutempelkan ke mulut dan mataku. “Ngawur!” aku mengerutu dalam hati. “Air mataku keluar bukan karena kotbah. Tapi disiksa permen, tahu!”
The better solution
Walaupun aku belum punya the best solution, tetapi sekarang aku jarang gagal duduk manis dalam ibadah Minggu, karena –
Berusaha mengingatkan diriku bahwa sewaktu beribadah aku sedang bertamu di rumah Tuhan. Tidak sopan ketika duduk di ruang tamu seorang pejabat, mata kita sibuk meneliti tamu-tamu lainnya tanpa pernah menatap pemilik rumah. Juga kurangajar bila kita menolak minuman dan makanan kecil yang disodorkan tuan rumah hanya karena itu air mineral dan krupuk saja. Terlebih lagi bila aku terus menatap fotonya yang tertempel sedikit miring di dinding sambil cengar-cengir, senyum-senyum sinis, sambil sesekali menengok ke arah pelayannya.
Aku pernah beribadah di beberapa gereja pedesaan. Jemaatnya berpakaian rapi. Yang pria bila tidak berbaju batik, pasti mengenakan jas. Biar pun jasnya kelas ekonomi, tetapi itu menunjukkan rasa hormat mereka telah dipersiapkan sejak dari rumah. Yang perempuan mengenakan busana terbaik mereka walaupun sehari-hari mereka berpakaian seadanya. Kebanyakan dari mereka rambutnya agak basah seperti baru saja keramas. Mereka semua bersepatu, walau pun waktu berangkat dan pulang mereka menggantinya dengan sandal jepit karena harus berbaris macam kereta api di pematang sawah. Ketika ibadah berlangsung, mata mereka menatap lurus ke depan. Mereka tidak berbisik-bisik.
Mereka orang alim? Tidak juga. Karena setelah selesai ibadah mereka berbicara dengan gaduh dan saling tumpang tindih seperti kita-kita yang hidup di kota. Tetapi mereka tahu bagaimana harus bersikap sewaktu beribadah.
Ketika menyanyi aku memanfaatkan syair lagu itu untuk menuntun pikiranku. Aku memikirkan bagaimana Tuhan berkarya dalam hidupku sepanjang minggu lalu sehingga aku merasakan lagu itu bukan sekedar sebuah lagu saja. Tetapi juga madah syukurku, pengharapanku, doaku, dan keyakinanku akan kasih setia-Nya.
Aku tidak lagi meributkan musik iringan atau aransemennya atau kepiawaian pemusiknya karena aku selalu meyakinkan egoku kalau aku sedang berada di gereja, bukan dalam gedung pertunjukan pagelaran musik. Lagipula uang yang aku keluarkan waktu beribadah tidak sebanyak yang aku keluarkan untuk sebuah pagelaran musik. Bayarnya sedikit, kok maunya macam-macam.
Ketika mendengar paduan suara menyanyi aku mengingatkan diriku bahwa mereka telah berusaha melakukan yang terbaik. Aku tidak lagi melipat kulit dahiku bila mendengar satu dua not dinyanyikan fales atau mereka gagal meraih nada-nada tinggi. Untuk penampilan selama 5 menit ini mereka telah berlatih belasan jam dan membelanjakan sekian belas ribu rupiah dari saku masing-masing untuk transportasi latihan di gereja. Bila aku tergoda untuk memandang rendah persembahan mereka, bersegera aku bertanya kepada diriku, “Sudahkah yang terbaik aku berikan kepada Tuhan?”
Menjelang kotbah aku mengeluarkan secarik kertas dan ballpoint. Bukan untuk menyibukkan diri dengan menulis apa-apa yang akan aku beli di mol seusai ibadah atau membuat gambar-gambar lucu agar pikiran tidak mengembara atau mengantuk, tetapi membuat ringkasan kotbah dan mencatat hal-hal yang menarik dari yang aku dengar. Bila ada yang tidak aku mengerti, ketika bertemu dengan pendeta dalam acara lain, aku meminta penjelasannya. Anehnya, kami tidak terjerumus dalam perdebatan karena begitu melihat catatanku yang kadang sudah berusia sekian minggu, pendetaku sudah senyum. Senang dia. Catatan-catatan ini aku tulis ulang dalam komputerku. Tanpa aku sadari dengan melakukan kegiatan ini, aku belajar menulis apa yang kupikirkan.
Jadi,
marilah kita tetap setia dan terus berusaha melakukan ibadah Minggu dengan benar, dengan kerendahan diri, dengan sikap seorang hamba yang sedang melayani Tuannya. Bila tidak, kita akan mengalami kesulitan dalam kerja pelayanan kepada manusia. Mungkinkah kita bisa bersungguh-sungguh membawa orang lain kepada Tuhan Allah yang tidak sepenuhnya kita hormati, yang tidak pernah kita layani dengan sebaik-baiknya?
Duduk manis dalam ibadah adalah batu pondasi setiap kegiatan kesaksian dan pelayanan yang dilakukan oleh setiap orang Kristen. Duduk manis sewaktu beribadah bukanlah sesuatu yang gampang tetapi layak diperjuangkan, sampai kita merasakan datang beribadah di gereja adalah sebuah kerinduan, bukan lagi kewajiban.
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” – Ibrani 10:25. **
- Posted on Maret 15th, 2008
Dikutip dari Sabda Space, Blogger Komunitas Kristen)
Sunday, August 10, 2008
MARILAH BERNYANYI

Mengeluarkan suara melalui mulut sangat mudah untuk seseorang melakukannya. Dengan cara, berbicara, berteriak, menangis, menguap, bahkan pada saat batuk sekalipun. Tanpa disadari semua itu membutuhkan proses guna menghasilkan suara. Begitu juga dengn halnya bernyanyi. Bagi seseorang yang ingin bernyanyi dengan baik membutuhkan banyak latihan, dari mulai posisi tubuh, terknik pernafasan, cara melafalkan kalimat, dan masih banyak lagi.
Metode yang berbeda jika kita ingin bernyanyi dalam sebuah kelompok vokal atau dalam sebuah paduan suara. Teknik – teknik tertentu harus dimiliki oleh seorang yang ingin bergabung dalam paduan suara sehingga, dapat menghasilkan suara yang menyatu meskipun lagu tersebut dinyanyikan oleh lebih dari sepuluh orang.
Marilah Bernyanyi, merupakan ajakan untuk kita semua yang saya harapkan setelah membaca tulisan singkat ini kita dapat bernyanyi seperti layaknya seorang yang sedang bernyanyi.
Suara yang Terdapat pada Paduan Suara[1]
1. Suara yang baik dalam paduan suara harus di peroleh dari teknik vokal yang baik.
• Apabila penyanyi atau paduan suara tidak memiliki teknik vokal yang baik tidak mungkin dapat menghasilkan choral sound yang baik
.• Dengan memiliki teknik vokal yang baik serta kemahiran vokal yang cukup maka penyanyi atau paduan suara dapat menghasilkan vocal sound yang dikehendaki yang sesuai dengan karakter dari lagu yang ingin dibawakan
.• Apabila penyanyi atau paduan suara tidak memiliki teknik yang baik maka akan sangat sulit untuk menyanyi sesuai dengan style lagu yang seharusnya.
2. Suara yang baik yang di hasilkan dalam paduan suara selalu di tempatkan sesuai dengan gaya dari musik yang ada
.• Tidak semua teknik vokal dapat di tempatkan pada semua jenis musik.
• Teknik vokal yang dimiliki oleh penyanyi harus di pakai / diaplikasikan pada tempat dan saat yang tepat sesuai dengan gaya (style) dari musiknya.
3. Teknik vokal sebagai alat untuk menghasilkan suara dalam paduaan suara yang baik dan cara untuk menginterpretasikan sebuah lagu.
• Teknik bukan yang terutama dalam sebuah musik, tetapi tanpa memiliki teknik yang memadai maka musik tidak dapat diciptakan.
• Musik yang dimainkan atau dinyanyikan harus mengalir keluar dari jiwa penyanyi, sedangkan teknik adalah alat sarana atau kendaraan untuk menampilkan / mengkomunikasikan musik dari pikiran dan perasaan seseorang.
4. Menghasilkan suara yang baik dimulai dari pikiran dan imajinasi seoarang penyanyi.
• Suara yang indah tidak dihasilkan secara kebetulan. Adanya proses pelatihan untuk menghasilkan suara yang baik pikiran serta imajinasi juga dibutuhkan
.• Reverensi seorang penyanyi sangat dibutuhkan dalam rangka menghasilkan vokal yang diapresiasikan. Dengan cara sering menonton serta mendengar lagu-lagu dalam sebuah konser.
5. Ciri – ciri suara yang dihasilkan dalam paduan suara yang baik (coral sound)
• Terdengar wajar dan tidak terdengar aneh karena di buat – buat
• Vokal terproduksi dengan bebas
• Nada yang di hasilkan memiliki energi. Yaitu suara yang hidup dan beremosi. Nada yang dihasilkan indah dan alami, yaitu: suara yang tidak berlebihan (menusuk/tajam). Yang ketiga adalah, penempatan nada. Menempatkan resonansi di kepala dan bukan di dada atau di leher, sehingga suara yang dihasilkan menjadi bergema. Imajinasi diperlukan untuk membantu menempatkan suara pada posisi yang benar.
Memproduksi Suara
Pada saat bernyanyi cara untuk memproduksi suara juga perlu di perhatikan. Memproduksi suara tidak hanya bagaimana kita mengeluarkan suara saja yang di perhatikan namun, sikap tubuh kita pada saat kita ingin menyanyi juga menentukan produksi suara yang akan kita hasilkan.
1. Sikap Tubuh
Kondisi dan sikap tubuh sangat mempengaruhi produksi suara seorang penyanyi baik penyanyi solo maupun penyanyi paduan suara. Pada saat menyanyi tubuh harus dalam kondisi yang rileks (bukan santai). Tubuh yang rileks dimaksudkan agar suara yang dihasilkan juga rileks dan tidak tegang. Untuk menciptakan suasana yang rileks sebelum bernyanyi diperlukan suatu relaksasi atau pelemasan tubuh dengan cara bersenam, memijat, dll. Relaksasi perlu dilakukan pada saat latihan dan juga pada setiap sebelum penampilan, apalagi pada saat berlomba. Mental yang tegang mengakibatkan tubuh menjadi tegang pula, sehingga suara yang dihasilkan tidak maksimal.Posisi tubuh dalam menganyi harus mendapat perhatian. Posisi yang baik adalah berdiri dengan membagi beban yang sama pada dua kaki dan menempatkan kaki sedemikian rupa sehingga menjadi seimbang, terutama agar tubuh juga dapat ikut bergerak mengkespresikan dari lagu yang dinyanyikan.
Pada posisi menyanyi sambil duduk, posisi tubuh bagian puinggang ke atas harus dalam kondisi yang sama dengan posisi tubuh bagian pinggang ke atas pada saat sedang berdiri. Posisi tubuh yang gagah sangat dibutuhkan.Ekspreasi wajah pada saat menyanyi juga sangat menentukan. Pada saat mengambil nada-nada yang tinggi yang perlu konsentrasi dalam menyanyikannya, maka alis dapat dinaikan, serta pipi seperti seorang yang sedang tersenyum dan jangan lupa untuk membuka mulut yang lebar sesuai dengan ketentuan yang biasa dilakukan dalam menyanyi. Pada saat menyanyi memang nampak wajah akan terlihat ”jelek” namun suara yang dihasilkan akan jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan kalau kita menyanyi hanya ingin menampilkan penampilan saja.
2. Pernapasan
Pernapasan yang baik adalah sumber utama suara atau menyanyi. Pernapasan yang buruk akan mengakibatkan produksi suara yang buruk, teknik pernapasan yang tidak benar akan menghasilkan suara yang tidak berkualitas.Menghirup napas yang baik untuk menyanyi adalah menggunakan mulut dan hidung secara bersama-sama, terutama pada waktu menghirup dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak.
Cara bernapas yang baik pada saat bernyanyi sebagai berikut:
• Jangan menggunakan cara pernapasan di mana pada waktu menghirup udara, dada dan bahu terangkat, ini membuat leher menjadi tegang dan mengganggu produksi suara.
• Pada waktu bernapas daerah sekitar lingkar perut mengembang dan pada waktu membuang napas mengempis.
• Pada waktu menghembuskan napas untuk memproduksi suara, otot-otot di sekitar perut mengencang dan secara konstan mendorong ke dalam (mengempis) dengan berlahan-lahan dan terus-menerus sampai kalimat lagu habis. Ini yang disebut SUPPORT dan SUSTAIN.
3. Memproduksi Suara
Ada dua jenis suara yang di hasilkan, yaitu: Suara yang dihasilkan pada saat kita berbicara dan suara yang dihasilkan pada saat kita menyanyi. Perbedaan keduanya adalah:
• Suara pada saat berbicara (speaking voice)Keras, kasar, tidak beresonansi, berat, menghabiskan banyak nafas.
• Suara pada saat bernyanyi (singing voice)Halus, bersih, ringan, berresonansi, seluruh nafas yang keluar menjadi suara. Untuk mendapatkan suara bernyanyi diperlukan imajinasi dan latihan-latihan.Sebagai seorang penyanyi baik penyanyi solo maupun penyanyi paduan suara harus dapat memiliki beberapa konsep yang juga harus di perhatikan antara lain:A. Menyanyilah seperti seorang solois
• Berdiri gagah
• Penuh percaya diri
• Konsentrasi penuh dan fokus
B. Sing with Passion
• Memberikan emosi pada teks lagu
• Penekanan pada kata-kata penting/bermakna
• Memberikan tanda-tanda khusus yang diberikan komposer
C. Gunakan pengetahuan kita
• Jangan melakukan/menghasilkan yang baik secara kebetulan/tidak disengaja
• Jangan menyanyi dengan bakat saja (talenta) tapi juga gunakan otak kita (intelligence
)• Beri tanda/semua yang dikatakan dengan pinsil, kemudian berikan perhatian
PENUTUP
Menyanyi bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan, namun juga tidak mudah untuk dilakukan. Setelah membaca tulisan singkat ini maka, kita dapat menyanyi dengan lebih baik lagi. Sama seperti seorang yang sedang belajar berenang, perlu ada praktek untuk melakukan teori yang sudah diberikan. Oleh sebab itu praktek singkat ini akan sanagat bermakna kalau kita melakukannya. Meskipun, masih banyak teori-teori yang lain sebagai penambah pengetahun kita dalam menyanyi.Ajakan, Marilah Bernyanyi nampaknya sekarang sudah semakin nampak. Marilah Bernyanyi dengan penuh kegembiraan!!
Wassalam-Setiawan H-
[1] Tulisan ini di dapat pada saat mengikuti Lokakarya Paduan Suara, oelh Aris Sudibyo, S.T., BCM. Yogyakarta, 15 Februari 2002, serta beberapa artikel lepas yang penulis dapat selama memerapa kali mengikuti lokakarya yang serupa.
http://www.tmc-gkjj.com/main/index.php?option=com_content&task=view&id=41&Itemid=31
Wednesday, August 6, 2008
Posisi menyanyi PS di gereja

Paduan suara (koor, vocal group, solo dsb) dalam ibadah mempunyai dua fungsi kembar yaitu: (Pandangan ini dikemukakan oleh W.Mudde)
1. Sebagai wahana (vehikel) pemberitaan firman. Dan bila paduan suara ini dipahami sebagai sebagai wahana maka posisinya berdiri di pihak pelayan atau berdiri menghadap jemaat.
2. Sebagai respons (akklamasi). Bila paduan suara itu dipahami sebagai akklamasi atau respon jemaat atas karya Tuhan, maka posisinya menghadap altar.
Dari pandangan di atas kita dapat mengambil sikap untuk menentukan posisi dalam ber koor (paduan suara).Dan satu hal yang perlu kita yakini bahwa kehadiran kita dalam ibadah itu juga merupakan respons terhadap karya Tuhan.Di dalam ibadah itu sendiri "Tuhan berfirman kita menjawab". Jadi baik kehadiran dan termasuk paduan suara yang kita nyanyikan merupakan respons kita terhadap karya Tuhan ataupun respon kita terhadap firman Tuhan, maka saya setuju posisi dalam ber koor (paduan suara) dalam ibadah adalah menghadap ke altar. Dan kalaupun mengikuti pandangan yang pertama di atas "paduan suara" sebagai wahana, pemberitaan atau katakanlah kesaksian sehingga posisi yang berpaduan suara itu tampil ke depan (menghadap jemaat) maka sangat perlu kita renungkan apa yang diungkapkan Paulus ini: "...Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun" (1 Kor 14:26). Artinya mereka yang berpaduan suara itu harus menjaga supaya jangan terjadi keributan sehingga menganggu ketertiban dan melalui pakaian juga perlu mendapat perhatian, supaya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, yang semuanya itu boleh masuk kategori tidak membangun dalam beribadah.
(Pdt. JR. Sipayung, MTh, dari situs GKPS)
Wednesday, July 30, 2008
Buat pelatih baru (For the new conductor & trainer)
.
Taking a Choir practice – made easy
The first time I took a choir practice I was just sixteen years old. I walked into a room full of staring eyes and I was terrified!
Some people were talking, some came in late, and they were all probably wondering who this young whippersnapper was, and what could he teach them with all their church choir experience?
As I tried to look as if I knew what I was doing, thoughts were racing through my mind: “How do I get started? How do I get through this? … How do I get out of here alive?” Further thoughts crowded in on me as I tried hard to look a little bit older: “Will the Choir do what I ask? Will they laugh at me?” or – even worse – “What if they make fun of me?”
I needn’t have worried. What started out as a frightening experience turned out to be most enjoyable – in fact, it totally shaped my life.
Have you ever found yourself in this situation? Or perhaps you want to start a choir and you’re just not sure how to structure a choir practice? To start with, think positively! The singers are there in the rehearsal room because they chose to be there, and it’s just possible they’re more worried than you are.
They want to be inspired, to have a good sing, to be excited - moved even - but most of all they want you to succeed because … if you don’t, then none of those other things can happen.
They will become your friends, and will eventually give you a loyalty that will enrich your life. I still have choir friends made over fifty years ago: friends who will do anything for me – friends whose friendship is of immense value. This is what you can look forward to, but first things first: how do you start the choir practice?
Choir Practice has to be fun!
If you want to keep the choir’s attention, get them to turn off their cellphones right at the start. And wherever possible, make them laugh! They’re volunteers, and they’ve come out to choir practice when they could have stayed home and watched television. You have to make it enjoyable, but whatever you do – don’t make them giggle!
As a boy I sang at an important funeral. Somehow giggles erupted and the choir nearly came to a stop. In those days, punishment was rough and ready, and some of us had trouble sitting down afterwards!
Things were more relaxed when one of the guests at a wedding got the giggles. It quickly spread through the church like an epidemic so that soon everyone was giggling – including the wedding couple and the priest! The wedding vows were taken to the sound of giggles and guffaws. It was impossible not to join in and I only just managed to stumble through the Wedding March!
Practice makes Perfect …
After putting the singers at their ease with a bit of laughter, try some warming-up exercises. They needn’t be all vocal exercises. You can use some simple breathing work and a bit of movement to music. Singing is a highly physical occupation, so a lively dynamic warm-up is helpful.
Tongue twisters sung quickly are always good fun at choir practice. Here are some of my favourites: “Peter Piper picked a peck of pickled peppers” and “Red lolly, yellow lolly” (try it fast!) Invent some yourself and get the choir to come up with some new ones.
Choirs are full of eccentrics, many looking for a kind of music therapy. Spend time getting to know the individual quirks of choir members. Who won’t sit next to who at choir practice, for instance, where the personality clashes are, and who won’t share their music. Some are obsessed with choir dress and some with discipline. That’s all part of the fun – enjoy it and humour them!
Time to Start the Music
Practice something cheerful at the outset – definitely not something miserable … you can keep that for later on.
Taking a choir practice is like driving a car: avoid hazards, change gear correctly, give way at the right time, indicate clearly, and don’t crash! Study the map and know where you’re going. This one is particularly important, because the choir must never be allowed to suspect that you don’t know what you’re doing. Don’t let them doubt your infallibility – given half a chance they will!
When you prepare a piece, work out where the difficult bits are. Leave these until you have the choir’s complete attention. It’s often useful to say, “Let’s just get this bit right tonight.” Always give the singers a well-defined goal, and make sure they leave with a feeling of achievement ... but remember that by the next choir practice most of them will have forgotten what you’ve taught them.
In the end the singers should leave the choir practice happy and exhilarated. You should leave the choir practice happy, exhilarated … and exhausted. So go to the coffee bar or the pub with them, make friends, relax, laugh and joke.
Next time the choir practice won’t be nearly so frightening.
(sumber dari Internet, dikirim liwat milis tetangga)
Taking a Choir practice – made easy
The first time I took a choir practice I was just sixteen years old. I walked into a room full of staring eyes and I was terrified!
Some people were talking, some came in late, and they were all probably wondering who this young whippersnapper was, and what could he teach them with all their church choir experience?
As I tried to look as if I knew what I was doing, thoughts were racing through my mind: “How do I get started? How do I get through this? … How do I get out of here alive?” Further thoughts crowded in on me as I tried hard to look a little bit older: “Will the Choir do what I ask? Will they laugh at me?” or – even worse – “What if they make fun of me?”
I needn’t have worried. What started out as a frightening experience turned out to be most enjoyable – in fact, it totally shaped my life.
Have you ever found yourself in this situation? Or perhaps you want to start a choir and you’re just not sure how to structure a choir practice? To start with, think positively! The singers are there in the rehearsal room because they chose to be there, and it’s just possible they’re more worried than you are.
They want to be inspired, to have a good sing, to be excited - moved even - but most of all they want you to succeed because … if you don’t, then none of those other things can happen.
They will become your friends, and will eventually give you a loyalty that will enrich your life. I still have choir friends made over fifty years ago: friends who will do anything for me – friends whose friendship is of immense value. This is what you can look forward to, but first things first: how do you start the choir practice?
Choir Practice has to be fun!
If you want to keep the choir’s attention, get them to turn off their cellphones right at the start. And wherever possible, make them laugh! They’re volunteers, and they’ve come out to choir practice when they could have stayed home and watched television. You have to make it enjoyable, but whatever you do – don’t make them giggle!
As a boy I sang at an important funeral. Somehow giggles erupted and the choir nearly came to a stop. In those days, punishment was rough and ready, and some of us had trouble sitting down afterwards!
Things were more relaxed when one of the guests at a wedding got the giggles. It quickly spread through the church like an epidemic so that soon everyone was giggling – including the wedding couple and the priest! The wedding vows were taken to the sound of giggles and guffaws. It was impossible not to join in and I only just managed to stumble through the Wedding March!
Practice makes Perfect …
After putting the singers at their ease with a bit of laughter, try some warming-up exercises. They needn’t be all vocal exercises. You can use some simple breathing work and a bit of movement to music. Singing is a highly physical occupation, so a lively dynamic warm-up is helpful.
Tongue twisters sung quickly are always good fun at choir practice. Here are some of my favourites: “Peter Piper picked a peck of pickled peppers” and “Red lolly, yellow lolly” (try it fast!) Invent some yourself and get the choir to come up with some new ones.
Choirs are full of eccentrics, many looking for a kind of music therapy. Spend time getting to know the individual quirks of choir members. Who won’t sit next to who at choir practice, for instance, where the personality clashes are, and who won’t share their music. Some are obsessed with choir dress and some with discipline. That’s all part of the fun – enjoy it and humour them!
Time to Start the Music
Practice something cheerful at the outset – definitely not something miserable … you can keep that for later on.
Taking a choir practice is like driving a car: avoid hazards, change gear correctly, give way at the right time, indicate clearly, and don’t crash! Study the map and know where you’re going. This one is particularly important, because the choir must never be allowed to suspect that you don’t know what you’re doing. Don’t let them doubt your infallibility – given half a chance they will!
When you prepare a piece, work out where the difficult bits are. Leave these until you have the choir’s complete attention. It’s often useful to say, “Let’s just get this bit right tonight.” Always give the singers a well-defined goal, and make sure they leave with a feeling of achievement ... but remember that by the next choir practice most of them will have forgotten what you’ve taught them.
In the end the singers should leave the choir practice happy and exhilarated. You should leave the choir practice happy, exhilarated … and exhausted. So go to the coffee bar or the pub with them, make friends, relax, laugh and joke.
Next time the choir practice won’t be nearly so frightening.
(sumber dari Internet, dikirim liwat milis tetangga)
Sunday, July 27, 2008
Persembahan koor ?
Sandiwara Persembahan
oleh Jonathan Parapak
Persembahan di kalangan umat kristiani adalah suatu kata dan konsep yang sangat umum. Hampir di mana ada pertemuan umat, di situ "katanya" ada persembahan. Ia bisa berwujud kotak persembahan, pundi persembahan, lelang barang sebagai persembahan, lagu pujian koor, atau vocal group sebagai persembahan.
Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Yang merisaukan adalah banyak dari persembahan itu tidak lain adalah bagian dari sandiwara agamawi, yang realitasnya hanyalah keterpaksaan, rutinisme, bahkan gengsiisme. Simak saja apa yang terjadi dengan persembahan mingguan atau bulanan. Pada umumnya, dengan alasan keterbukaan maka nama penyumbang dan jumlah sumbangan diumumkan dalam warta gereja. Di sana kelihatan siapa yang menyumbang banyak dan mendapat perhatian dari jemaat. Kalau tidak pakai nama, jumlah sumbangan berikutnya akan menurun.
Nah, apakah pengumuman persembahan itu adalah sungguh-sungguh persembahan? Ataukah kesempatan persembahan dalam gereja sudah dipakai untuk pamer? Simak juga "lelang" yang diadakan oleh beberapa kelompok. Pelelang mendorong, kadang-kadang memaksa, agar banyak uang yang diberi. Peserta didorong untuk berkompetisi, gengsi diangkat-angkat untuk mengeruk dana dari partisipan.
Adakah cara ini persembahan yang turus atau murni? Sering pula kita dapati: kebaktian atau acara dengan "persembahan koor", katanya bagian dari ibadah! Karena banyaknya bisa sampai 5, 6, 10 koor sehingga ibadah berubah menjadi parade bahkan "pameran" koor, yang belum tentu mendukung ibadah. Bahkan, menyebabkan peserta ibadah gelisah, kesal dan lain-lain. Kalau demikian, apakah itu persembahan? Persembahan untuk siapa?
Semua ini serba menarik karena Firman Tuhan tegas menasihatkan agar dalam memberi supaya tulus dan ikhlas, yang diberi oleh tangan kanan, tangan kiri pun jangan tahu (Matius 6:3). Jadi, Firman Tuhan menuntut ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan persembahan yang berkenan kepada Tuhan.
Simak saja Roma 12:1, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" dan apa yang terjadi dengan Ananias dan Safira (Kisah Para Rasuk 5:1-11). Dalam hal Ananias dan isterinya, tak ada alasan untuk berbohong, kecuali dorongan gengsi, maka kesalahan keluarga itu adalah berbohong/bersandiwara di hadapan Tuhan. Hukumannya sangat cepat, kedua suami isteri meninggal.
Bersandiwara memang mengasyikan, mengangkat gengsi tetapi alangkah busuknya di hadapan Tuhan. Dalam Alkitab kita baca persembahan yang diterima Tuhan seperti yang dilakukan Habel. Dia memang secara manusia menanggung kematian karena kemarahan dan iri hati saudaranya.
Abraham rela mempersembahkan putranya sebagai tanda kesetiaannya dan imannya kepada Tuhan yang dia sembah. Tuhan Yesus memperhatikan persembahan seorang janda dari kekurangannya. Tuhan Yesus sendiri rela menderita disalib dan mati untuk menyelamatkan yang berdosa.
Contoh-contoh ini mengajak kita untuk memeriksa diri, memeriksa motivasi kita dalam memberi! Jangan-jangan pemberian kita adalah keterpaksaan; atau pameran kekayaan, atau uang sogok untuk mendapat sanjungan dan popularitas.
Persembahan yang benar dan berkenan kepada Tuhan adalah persembahan yang lahir dari hidup yang bertobat (Matius 5:24); persembahan yang merupakan kerelaan berkorban (seperti janda miskin, Lukas 21:4), persembahan yang merupakan bagian dari persembahan tubuh (Roma 12:1) dan merupakan persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah sehingga merupakan "ibadah yang sejati".
Marilah kita dengan tulus, dengan iman yang teguh, hanya menyembah Dia Sang Juruselamat kita, dan rela memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama-Nya. * 160104
Dikembangkan Oleh Gloria Cyber Ministries
© Copyright 2000-2007.
All rights reserved.
oleh Jonathan Parapak
Persembahan di kalangan umat kristiani adalah suatu kata dan konsep yang sangat umum. Hampir di mana ada pertemuan umat, di situ "katanya" ada persembahan. Ia bisa berwujud kotak persembahan, pundi persembahan, lelang barang sebagai persembahan, lagu pujian koor, atau vocal group sebagai persembahan.
Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Yang merisaukan adalah banyak dari persembahan itu tidak lain adalah bagian dari sandiwara agamawi, yang realitasnya hanyalah keterpaksaan, rutinisme, bahkan gengsiisme. Simak saja apa yang terjadi dengan persembahan mingguan atau bulanan. Pada umumnya, dengan alasan keterbukaan maka nama penyumbang dan jumlah sumbangan diumumkan dalam warta gereja. Di sana kelihatan siapa yang menyumbang banyak dan mendapat perhatian dari jemaat. Kalau tidak pakai nama, jumlah sumbangan berikutnya akan menurun.
Nah, apakah pengumuman persembahan itu adalah sungguh-sungguh persembahan? Ataukah kesempatan persembahan dalam gereja sudah dipakai untuk pamer? Simak juga "lelang" yang diadakan oleh beberapa kelompok. Pelelang mendorong, kadang-kadang memaksa, agar banyak uang yang diberi. Peserta didorong untuk berkompetisi, gengsi diangkat-angkat untuk mengeruk dana dari partisipan.
Adakah cara ini persembahan yang turus atau murni? Sering pula kita dapati: kebaktian atau acara dengan "persembahan koor", katanya bagian dari ibadah! Karena banyaknya bisa sampai 5, 6, 10 koor sehingga ibadah berubah menjadi parade bahkan "pameran" koor, yang belum tentu mendukung ibadah. Bahkan, menyebabkan peserta ibadah gelisah, kesal dan lain-lain. Kalau demikian, apakah itu persembahan? Persembahan untuk siapa?
Semua ini serba menarik karena Firman Tuhan tegas menasihatkan agar dalam memberi supaya tulus dan ikhlas, yang diberi oleh tangan kanan, tangan kiri pun jangan tahu (Matius 6:3). Jadi, Firman Tuhan menuntut ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan persembahan yang berkenan kepada Tuhan.
Simak saja Roma 12:1, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" dan apa yang terjadi dengan Ananias dan Safira (Kisah Para Rasuk 5:1-11). Dalam hal Ananias dan isterinya, tak ada alasan untuk berbohong, kecuali dorongan gengsi, maka kesalahan keluarga itu adalah berbohong/bersandiwara di hadapan Tuhan. Hukumannya sangat cepat, kedua suami isteri meninggal.
Bersandiwara memang mengasyikan, mengangkat gengsi tetapi alangkah busuknya di hadapan Tuhan. Dalam Alkitab kita baca persembahan yang diterima Tuhan seperti yang dilakukan Habel. Dia memang secara manusia menanggung kematian karena kemarahan dan iri hati saudaranya.
Abraham rela mempersembahkan putranya sebagai tanda kesetiaannya dan imannya kepada Tuhan yang dia sembah. Tuhan Yesus memperhatikan persembahan seorang janda dari kekurangannya. Tuhan Yesus sendiri rela menderita disalib dan mati untuk menyelamatkan yang berdosa.
Contoh-contoh ini mengajak kita untuk memeriksa diri, memeriksa motivasi kita dalam memberi! Jangan-jangan pemberian kita adalah keterpaksaan; atau pameran kekayaan, atau uang sogok untuk mendapat sanjungan dan popularitas.
Persembahan yang benar dan berkenan kepada Tuhan adalah persembahan yang lahir dari hidup yang bertobat (Matius 5:24); persembahan yang merupakan kerelaan berkorban (seperti janda miskin, Lukas 21:4), persembahan yang merupakan bagian dari persembahan tubuh (Roma 12:1) dan merupakan persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah sehingga merupakan "ibadah yang sejati".
Marilah kita dengan tulus, dengan iman yang teguh, hanya menyembah Dia Sang Juruselamat kita, dan rela memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama-Nya. * 160104
Dikembangkan Oleh Gloria Cyber Ministries
© Copyright 2000-2007.
All rights reserved.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Utk mendengar sample lagu : klik pd lagunya, scroll cari audio preview/realplay judul aslinya.
- Ada AnakMu Perlu Tuhan (One of Your Children Needs You, Lord)
- Ada Jalan Ke Surga (Highway To Heaven)
- Ada Sukacita Didalam Kasih Tuhan (There is Joy in the Lord)
- Agung Tuhanku (Our God is Mighty)
- Agungkanlah NamaNya (Lift Up His Name)
- Ajaib Benar Kasih Allah (God's Amazing Grace)
- Ajaib Tuhan (God's Love)
- Akan Ku Ikut Kau Sepanjang Waktu (High and Lifted Up)
- Aku Bersyukur (God Does Great Things)
- Aku Percaya (Because We Believe)
- Aku Perlu Engkau, Tuhan (I Need You)
- Aku Tuhan Semesta (I Will Follow)
- Akulah Dia ( I Was the One)
- Allah Maha Kuasa (Our God is Mighty)
- Bahagia Ku Kenal Yesus (I'm Glad I Know Who Jesus Is)
- Bangkit dan Puji (Rise Up and Praise)
- Bangkitkan, Tuhan (Let My Life Praise You)
- Bawa 'ku (Carry Me)
- Bawa Bebanmu PadaNya (Come With Your Burdens)
- Bila Kuingat Tuhan (When I Think About the Lord)
- BilurNya Menyembuhkan (By His Stripes We Are Healed)
- DamaiNya Indah (Glorious Peace)
- Datang Di Rumah Tuhan (Come Into the House)
- Datang Pada Tuhan (Come Into His Presence)
- Datang Pada Yang Maha Suci (Holy of Holies)
- Datanglah Engkau (Come Just As You Are)
- Dimanapun Kau (Wherever You Are)
- Engkau Bebas Karena KasihNya (Freedom)
- Engkaulah Raja Bagiku (Jesus the King)
- Hai, Mari Datang Menyembah (Come to Worship)
- Haleluya Bagi Sang Domba (Lamb of God)
- Haleluya Penebus (Haleluyah, What a Savior)
- Haleluya, Pujilah (Praise the Lamb)
- Hanya Kau Tuhan (God Alone)
- Hosana, Yesus Bangkit dan Menang (What the Lord Has Done For Me)
- Hosana, Yesus Menebus (What the Lord Has Done in Me)
- Indah Nama Yesus (Name Above All Names)
- Ingat KasihNya (Think About His Love)
- Jadikan 'Ku Tempat Kudus BagiMu (Sanctuary)
- Jauh Melebihi (Above All)
- Kala Jumpa Yesus (Heavenbound)
- Kasih Yang Bertumbuh (Love Grew Where the Blood Fell)
- KasihMu Mengharuku (Your Love Still Amazes Me)
- Kau Curahkan BerkatMu (We Gather in Your Presence)
- Kau Rajaku (My King)
- KeindahanMu Tak Terkatakan (Beyond Description)
- Kidung Penyembahan (The Heart of Worship)
- Kini Tuhan, Ku PerlukanMu (I Need You More, medley)
- Kita Muliakan Nama Tuhan (Glorify Thy Name)
- Kita Warga Tuhan (We Are One)
- Ku Datang, Tuhan, Ke Dekat SalibMu (I Come to the Cross)
- Ku Mau Pandang Yesus (I Want to See You)
- Ku Melihat Tangan Sang Bapa (I Can See the Hand)
- Ku S'lamat Oleh KasihNya (Saved by Grace)
- Ku Sembah Kau Tuhan (We Worship You)
- Kuasa Dalam DarahNya (Power in the Blood)
- Kuasa KasihMu (Your Love Surounds Me)
- KuasaNya Membuka Jalan (His Strength Will Make a Way)
- Kuatlah dan Tabahkan (Take Courage)
- Kudus dan Setia (Holiness)
- Kusaksikan Tuhan (Trusting God)
- Kutinggalkan Semua (I Leave it All Behind)
- Maha Baik, Tuhanku (God is Good)
- Mahkota Raja Mulia (Crowned with Praise)
- Mari, Datanglah (An Invitation)
- Mereka Yang Teguh (These Are They)
- Nafas Kehidupan (Breathe)
- Nyalakan Apiku (Turn Me On, Light Me Up)
- Pelitamu Bersinarlah (Go Light Your World)
- Penebusku Setia dan Kudus (Faithful and True)
- Percaya HatiNya (Trust the Lord)
- Puji Nama Yesus (Bless His Mighty Name)
- Pulihkanlah Jiwaku (Restore My Soul)
- Putera Surga (Heaven's Child)
- Raja Abadi (He's Worthy)
- SalbMu, Tuhanku (The Wonderful Cross)
- Salib di Kalvari (The Cross of Calvary)
- Salib Kudus (O Mighty Cross)
- Sambut Dia (Shine Your Lights)
- Sang Raja Datang (The Last Days)
- Sebutlah NamaNya (Speak His Name)
- Selaksa Tahun Kupuji NamaNya (For Eternity)
- Seluruh Diriku Kuserahkan (All of Me)
- Seluruh Hidupku (Our All in All)
- Suci, Engkau Suci (Awesome and Holy)
- Sukacita Dari Tuhan (The Joy of the Lord)
- Tiada BandingMu (There Is None Like You)
- Tiap Jam DenganMu (Each Moment With You)
- Tiap Langkah Kau Pimpin (Step by Step)
- Tuhan Maha Suci (God is Holy)
- Tuhan, Betapa IndahMu (Great and Wonderful God)
- Tuhanku, Rajaku (Lord and King)
- Tuhanlah Kekuatanku (Song of Trust)
- Ubah Hatiku, MendekatiMu (You Are the Potter)
- Yesus 'Kan Datang Lagi (We'll Rise to Meet Him)
- Yesus Ada Disini (Jesus Is Here)
- Yesus Dasar Yang Teguh (Firm Foundation)
- Yesus Hidup (Je
- Yesus Nama Terindah (Jesus, Name Above All Names)
- Yesus T'lah Menebus (Jesus Saves)
- Yesus Terang Dunia (The Light)
- Yesus, Bahagia Jiwaku (Joy of My Desire)
- Yesus, Kau Hidupku (You Are My Life)
- Yesuslah Raja Semua (The Lord of All)