Pengunjung
FEEDJIT Live Traffic Feed
Blog Archive
-
▼
2008
(214)
-
▼
October
(128)
- 10 Christmas Selections
- Surga Menjelang (Heaven Came Down)
- Ya Tuhan, Tiap Jam (I Need Thee Every Hour)
- Kasih Kudus (Love Lifted Me)
- Aku Serahkan Kepada Yesus (I Must Tell Jesus)
- Dalam Dikau (Hiding In Thee )
- KasihNya Besar (He Giveth More Grace) 2001
- Pada Kayu Salib (At The Cross)
- Mungkinkah Akupun Serta (And Can It Be?)
- Tiada Yang Seperti Yesus (No One Understands Like ...
- Dibawah Salib Yesus (Beneath The Cross)
- Tuhan, Kau Gembala Kami (Savior Like A Shepard Lea...
- PUJIAN DAN PENYEMBAHAN
- Tuhan Mahatinggi (My Tribute) dan Dimuliakan, Tuha...
- Yesus Menebus (Jesus Paid It All)
- Ku Percaya Injil (The Gospel)
- B'ritakan ! (Tell It All)
- Kala Yesus Hidup (She Found Jesus Alive)
- Bukankah Kasih Yesus Sungguh Mulia (Isn't the Love...
- Jadikan 'Ku Tempat Suci BagiMu (Sanctuary)
- Ada Sukacita (There Is Joy In The Lord)
- Kidung Penyembahan (The Heart Of Worship)
- SalibMu, Tuhanku (The Wonderful Cross)
- KasihMu Mengharuku (Your Grace Still Amazes Me)
- Tiap Langkah Kau Pimpin (Step By Step With O God O...
- Kini Tuhan, Ku PerlukanMu, medley (I Need You More...
- Haleluya, Domba Yang Bangkit (The Risen Lamb)
- Mulia Sang Domba (Worthy is the Lamb)
- Oleh Darah Yesus (By the Blood, with Hallelujah, W...
- Engkaulah Rajaku (You are My King)
- Engkaulah Hidupku, medley (You Are My All in All w...
- Raih Daku dan Dekatkanlah (Draw Me Nearer)
- Angkatlah Pujian (Thats Why We Praise Him)
- Panggilan Penyembahan (A Call to Worship)
- Hormat dan Puji Bagi Sang Domba (Glory and Honor)
- Sambut Raja Mulia (Share His Love)
- Yesus, Bawa Ku Dalam DoaMu (Jesus, Pray for Me)
- Nyanyikan Pujian (I Will Sing)
- KasihNya Besar (He Giveth More Grace)
- Kami Puji Kau, Ya Tuhanku (As We Worship You)
- Nyamanlah Jiwaku (It Is Well With My Soul)
- Aku T'lah Lahir Kembali
- Hanya Dia Raja
- Yesuslah, Kini dan Selamanya
- Yesus Mesias Datang
- Kasih Yang Murni (Love Beyond Degree)
- Diberkati (We Are So Blessed)
- Dia Mengasihimu (He Cares)
- T'lah Kutetapkan Mau Ikut Yesus
- Kutinggikan Tuhan (I Exalt Thee)
- Kusembah (We Bow Down)
- Akulah Tuhanmu
- Panggil Dia Yesus
- Nama Tuhanku
- Yesus T'lah Menebus
- Suci Tuhanku (Consecration)
- Di HadiratMu (Holy Ground)
- Tuhanku (Ah, Lord God)
- Ucapkan Syukur (Thanksgiving)
- Fanny J. Crosby
- Tuhan, Hanya Kau Allahku
- Mahkota Raja Mulia, medley
- Hanya Kau, Yesus
- NamaNya Yang Indah (His Wonderful Name)
- Maha Baik, Tuhanku
- Berserah
- Kidung Bapa
- Duduk manis di gereja, emangnya gampang?
- Dia Buka Jalan
- Kerinduan Hatiku
- Yesuslah Raja Semua
- Yesus, Bahagia Jiwaku
- Aku Tuhan Semesta
- Percaya HatiNya
- DamaiNya Indah
- Yesus 'Kan Datang Lagi
- Mereka Yang Teguh
- Penebusku Setia dan Kudus
- Pulihkanlah Jiwaku, Tuhan
- BilurNya Menyembuhkan
- Bahagia Ku Kenal Yesus
- Yesus Terang Dunia
- B'ri Hormat Raja Mulia
- Putera Surga
- 'Ku S'lamat Oleh KasihNya
- Sukacita Dari Tuhan
- Kita Warga Tuhan
- Kuatlah dan Tabahkan
- Haleluya, Pujilah
- Puji Nama Yesus
- Mari, Datanglah !
- Allah Maha Kuasa
- Tuhanku, Rajaku
- Bangkitkan, Tuhan!
- KuasaNya Membuka Jalan
- KeindahanMu Tak Terkatakan
- Yesus Ada Disini
- Tuhan Betapa IndahMu
- Ku Melihat Tangan Sang Bapa
- Indah Nama Yesus
-
▼
October
(128)
Feedback
Sunday, October 12, 2008
Duduk manis di gereja, emangnya gampang?
by Inge Triastuti
Aku bukan paranormal. Tetapi aku berani menaksir sedikitnya 4 dari 10 orang yang menghadiri ibadah Minggu di gereja pernah berpikir begini, “Aku ke gereja setiap Minggu, tapi aku lebih sering merasa tidak dapat apa-apa. Selama ibadah aku sulit konsen. Pikiran melayang kemana-mana. Jika begini terus, apa masih ada gunanya aku ke gereja?”
Yang sulit ditaksir adalah kebanyakan mereka itu jemaat baru atau lama, laki atau perempuan, remaja atau lanjut usia, aktivis atau bukan, miskin atau kaya, berpendidikan tinggi atau hanya lulusan SD, karena siapa saja bisa kena godaan itu. Bahkan guru Sekolah Minggu bisa punya pengalaman yang sama hanya pengungkapannya yang berbeda. “Memangnya saya harus menghadiri ibadah umum? Bukankah dengan memimpin Sekolah Minggu otomatis saya sudah berbakti kepada Tuhan?”
Jika pertanyaan “mengapa begitu” diajukan kepada mereka, maka cerita yang kita (peroleh adalah kotbah yang tidak menarik, musik dan lagu yang ketinggalan jaman, liturgi yang membosankan, ruang kebaktian yang pengap, pendeta yang pilih kasih, pengurus gereja yang begini-begitu dan semacamnya yang ada di luar diri mereka. Lalu mereka menceritakan hal-hal yang menarik di gereja lain. Harus disyukuri bila ternyata mereka pindah ke gereja yang pas dengan kebutuhannya itu. Tetapi ada di antara mereka yang tidak ke mana-mana pada hari Minggu. Mereka menunggu dikunjungi pendeta atau penatuanya. Mereka menunggu cerita domba yang hilang menjadi realita sampai berbulan-bulan. Ketika aku mengeluhkan kurangnya perhatian ini kepada seorang teman, dia tertawa. “Jaman sekarang orang berpikir ekonomis dan kritis, tidak seperti orang jaman dulu,” katanya. “Sekarang kalau ada domba yang hilang, sebelum tim SAR diberangkatkan, spesifikasi domba itu dipelajari dulu. Berapa kilo bobotnya, bagaimana kesehatannya, seberapa tinggi kepatuhannya. Kalau dia gemuk, sehat dan penurut, tim penyelamat segera berangkat. Tapi ceritanya bisa berbeda kalau domba yang hilang itu kamu. Sudah kerempeng, berpenyakitan, cerewet lagi.”
Bagaimana kita memandang gereja, sangat menentukan sikap kita ketika berada di dalamnya. Dulu aku pernah berpikir bahwa gereja adalah tempat hiburan. Maksudku, aku akan dihibur selama 1 atau sekian jam di dalam gereja. Karenanya, aku mudah merasa gerah bila paduan suara tidak menyanyi dengan baik, pendeta membawa kotbah yang topiknya tidak aku sukai, atau pemain musik bermain dengan langgam klasik. Sikapku berubah ketika kemudian aku bisa menerima pendapat bahwa ke gereja berarti datang bersama-sama orang Kristen lainnya untuk beribadah kepada Tuhan, bukan untuk menyenangkan diri sendiri. Menghadiri ibadah ternyata bukan hak, tetapi kewajiban. Seperti kewajiban seorang anak untuk menyatakan hormatnya kepada orang tuanya.
Sunday Service
Tanpa harus ke luar negeri, di kota-kota besar negeri ini, kita bisa melihat beberapa gereja menulis jadwal kegiatan rutinnya di papan namanya dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Kata kebaktian umum atau ibadah raya diterjemahkan dengan “Sunday Service”. Kata “service” berasal dari kata to serve, melayani. Dari kata to serve, lahir kata servile (bersikap merendahkan diri), servility (sikap sebagai budak) dan servitude (perhambaan). Kata “service” yang berarti “layanan” atau “ibadah” ini bisa ditemui dalam Alkitab berbahasa Inggris. Misalnya di Filipi 2:17 “Yea, and if I be offered upon the sacrifice and service of your faith, I joy, and rejoice with you all” (Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian). Kata service atau ibadah dalam Alkitab ini diterjemahkan dari kata leitourgia. Kata ini juga muncul di Lukas 1:23 (= jabatan imam/ministration), 2 Korintus 9:12 (pelayanan/service), Filipi 2:30 (pelayanan/service), Ibrani 8:6 (pelayanan/ministry), Ibrani 9:21 (ibadah/ministry).
Dari beragam arti dalam kata leitourgia, aku menyimpulkan bahwa ketika beribadah dalam kebaktian Minggu, walaupun hanya sebagai jemaat biasa, kita sedang melakukan pelayanan. Dari liturgi yang kita pergunakan, jelas bahwa pelayanan ini jauh lebih tinggi nilainya daripada pelayanan-pelayanan lain karena di sini yang kita layani adalah Tuhan Allah, bukan manusia. Sayangnya, kita lebih meninggikan pelayanan kepada manusia daripada kepada Tuhan. Kita berani datang terlambat dan pulang lebih awal ketika beribadah, tetapi kita tidak berani melakukan hal yang sama dalam rapat penatua gereja. Kita berani gaduh sendiri dalam kebaktian, padahal dalam rapat pengurus Komisi kita duduk dengan manis tanpa kata. Kita berani menyanyi sembarangan dalam ibadah, padahal ketika memimpin pujian di Sekolah Minggu kita berusaha mati-matian menyanyi dengan benar.
The handicap
Tidak bisa selalu duduk manis dalam ibadah adalah salah satu kelemahanku dulu. Ada saja yang menghalanginya, yang semuanya bersumber pada ketiadaan kerendahan hati. Begitu duduk, mataku melihat berkeliling. Selalu saja aku menemukan hal-hal yang kurang beres. Mulut sih ga ngomong, tapi hati ngedumel. “Pengurus gereja ini payah. Malas kok dipelihara. Ari gini ‘kan udah hampir Paskah. Hiasan-hiasan praPaskah belum juga dipasang.”
Ketika perasaan jemaat larut dalam lagu yang dibawakan oleh seorang solois dengan penuh perasaan sampai-sampai air matanya mengalir di pipi, aku berkomentar sinis dalam hati, “Bayar dulu tu utang elo nyang udah setaon, baru nyanyi pake nangis.”
Waktu pendetaku berkotbah, barulah aku duduk manis untuk menyimaknya. Sayangnya bukan sebagai murid yang duduk mendengar gurunya mengajar, tetapi untuk meneliti apakah yang dibicarakan itu tidak menyimpang dari pengajaran Alkitab, doktrin dan dogma gereja. Ini susahnya kalau kami berdua sama-sama bergelar M.Min. Kepanjangan gelarnya adalah “Master of Ministry”, sedangkan punyaku “Mung Minteri” (hanya sok pintar).
Karena menyadari sikap seperti ini tidak sepatutnya dipelihara apalagi dikembangbiakkan, aku berusaha mencoba beberapa kiat untuk mengobatinya. Terapi pertama adalah bersikap cuek, mematikan perasaan. Tetapi kalau yang ada di depan – entah itu pemusik, anggota koor, penatua – adalah orang yang sedang tidak aku sukai, sulit aku mengosongkan perasaan tanpa memejamkan mata. Untuk meram aku tidak berani karena takut tertidur. Pernah aku melihat seorang jemaat tertidur nyenyak sekali. Pake ngorok lagi. Jemaat di dekatnya hanya senyum-senyum kecut saja. Penatua juga tidak berani membangunkannya. Mungkin takut dituduh merusak kedamaian yang sedang dinikmati oleh jemaat yang berlelah ini. Apa ga memalukan kalau aku mengalami nasib yang sama? Solusinya, aku menundukkan kepala sambil mengulum permen padahal aku marah banget bila ada anak Sekolah Minggu di kelasku makan permen. Tak apalah berlaku munafik selama tidak ketahuan orang. Lagipula aku selalu duduk di barisan bangku paling belakang. Ketahuan Tuhan pasti, tapi tanpa resikonya kok karena Ia tidak akan pernah menceritakan kemunafikanku ini kepada orang lain. Iya kan?
Terapi ini terpaksa aku hentikan gara-gara sebuah musibah. Menjelang kotbah adalah saat aku memasukkan permen ke mulut. Suatu ketika begitu permen aku masukkan, bangku kosong di sebelahku diduduki seorang perempuan. Terlambat hampir 30 menit, keterlaluan sekali! Aku menoleh untuk melihat siapakah yang tidak sopan ini. “Aduh I’in, malu aku telat begini. Untung belum kotbah ya.” Mataku terbelalak. Karena – pertama – yang kurang ajar ini ternyata maminya anak Sekolah Minggu-ku. Kedua, permen yang bergegas kutelan nyangkut di tenggorokan. Aku lupa permen itu masih gede. Saat kotbah betul-betul saat yang menyengsarakan. Dan hari itu adalah yang paling menyengsarakan karena aku kesulitan membuat permen pedas itu bisa tertelan masuk ke lambungku. Di akhir kotbah tetanggaku ini berbisik, “Biar pendeta tamu itu dari kota kecil, kotbahnya bagus sekali. Mengena ya?” sambil melirik kertas tisiu di tanganku yang selama kotbah berulang kali kutempelkan ke mulut dan mataku. “Ngawur!” aku mengerutu dalam hati. “Air mataku keluar bukan karena kotbah. Tapi disiksa permen, tahu!”
The better solution
Walaupun aku belum punya the best solution, tetapi sekarang aku jarang gagal duduk manis dalam ibadah Minggu, karena –
Berusaha mengingatkan diriku bahwa sewaktu beribadah aku sedang bertamu di rumah Tuhan. Tidak sopan ketika duduk di ruang tamu seorang pejabat, mata kita sibuk meneliti tamu-tamu lainnya tanpa pernah menatap pemilik rumah. Juga kurangajar bila kita menolak minuman dan makanan kecil yang disodorkan tuan rumah hanya karena itu air mineral dan krupuk saja. Terlebih lagi bila aku terus menatap fotonya yang tertempel sedikit miring di dinding sambil cengar-cengir, senyum-senyum sinis, sambil sesekali menengok ke arah pelayannya.
Aku pernah beribadah di beberapa gereja pedesaan. Jemaatnya berpakaian rapi. Yang pria bila tidak berbaju batik, pasti mengenakan jas. Biar pun jasnya kelas ekonomi, tetapi itu menunjukkan rasa hormat mereka telah dipersiapkan sejak dari rumah. Yang perempuan mengenakan busana terbaik mereka walaupun sehari-hari mereka berpakaian seadanya. Kebanyakan dari mereka rambutnya agak basah seperti baru saja keramas. Mereka semua bersepatu, walau pun waktu berangkat dan pulang mereka menggantinya dengan sandal jepit karena harus berbaris macam kereta api di pematang sawah. Ketika ibadah berlangsung, mata mereka menatap lurus ke depan. Mereka tidak berbisik-bisik.
Mereka orang alim? Tidak juga. Karena setelah selesai ibadah mereka berbicara dengan gaduh dan saling tumpang tindih seperti kita-kita yang hidup di kota. Tetapi mereka tahu bagaimana harus bersikap sewaktu beribadah.
Ketika menyanyi aku memanfaatkan syair lagu itu untuk menuntun pikiranku. Aku memikirkan bagaimana Tuhan berkarya dalam hidupku sepanjang minggu lalu sehingga aku merasakan lagu itu bukan sekedar sebuah lagu saja. Tetapi juga madah syukurku, pengharapanku, doaku, dan keyakinanku akan kasih setia-Nya.
Aku tidak lagi meributkan musik iringan atau aransemennya atau kepiawaian pemusiknya karena aku selalu meyakinkan egoku kalau aku sedang berada di gereja, bukan dalam gedung pertunjukan pagelaran musik. Lagipula uang yang aku keluarkan waktu beribadah tidak sebanyak yang aku keluarkan untuk sebuah pagelaran musik. Bayarnya sedikit, kok maunya macam-macam.
Ketika mendengar paduan suara menyanyi aku mengingatkan diriku bahwa mereka telah berusaha melakukan yang terbaik. Aku tidak lagi melipat kulit dahiku bila mendengar satu dua not dinyanyikan fales atau mereka gagal meraih nada-nada tinggi. Untuk penampilan selama 5 menit ini mereka telah berlatih belasan jam dan membelanjakan sekian belas ribu rupiah dari saku masing-masing untuk transportasi latihan di gereja. Bila aku tergoda untuk memandang rendah persembahan mereka, bersegera aku bertanya kepada diriku, “Sudahkah yang terbaik aku berikan kepada Tuhan?”
Menjelang kotbah aku mengeluarkan secarik kertas dan ballpoint. Bukan untuk menyibukkan diri dengan menulis apa-apa yang akan aku beli di mol seusai ibadah atau membuat gambar-gambar lucu agar pikiran tidak mengembara atau mengantuk, tetapi membuat ringkasan kotbah dan mencatat hal-hal yang menarik dari yang aku dengar. Bila ada yang tidak aku mengerti, ketika bertemu dengan pendeta dalam acara lain, aku meminta penjelasannya. Anehnya, kami tidak terjerumus dalam perdebatan karena begitu melihat catatanku yang kadang sudah berusia sekian minggu, pendetaku sudah senyum. Senang dia. Catatan-catatan ini aku tulis ulang dalam komputerku. Tanpa aku sadari dengan melakukan kegiatan ini, aku belajar menulis apa yang kupikirkan.
Jadi,
marilah kita tetap setia dan terus berusaha melakukan ibadah Minggu dengan benar, dengan kerendahan diri, dengan sikap seorang hamba yang sedang melayani Tuannya. Bila tidak, kita akan mengalami kesulitan dalam kerja pelayanan kepada manusia. Mungkinkah kita bisa bersungguh-sungguh membawa orang lain kepada Tuhan Allah yang tidak sepenuhnya kita hormati, yang tidak pernah kita layani dengan sebaik-baiknya?
Duduk manis dalam ibadah adalah batu pondasi setiap kegiatan kesaksian dan pelayanan yang dilakukan oleh setiap orang Kristen. Duduk manis sewaktu beribadah bukanlah sesuatu yang gampang tetapi layak diperjuangkan, sampai kita merasakan datang beribadah di gereja adalah sebuah kerinduan, bukan lagi kewajiban.
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” – Ibrani 10:25. **
- Posted on Maret 15th, 2008
Dikutip dari Sabda Space, Blogger Komunitas Kristen)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Utk mendengar sample lagu : klik pd lagunya, scroll cari audio preview/realplay judul aslinya.
- Ada AnakMu Perlu Tuhan (One of Your Children Needs You, Lord)
- Ada Jalan Ke Surga (Highway To Heaven)
- Ada Sukacita Didalam Kasih Tuhan (There is Joy in the Lord)
- Agung Tuhanku (Our God is Mighty)
- Agungkanlah NamaNya (Lift Up His Name)
- Ajaib Benar Kasih Allah (God's Amazing Grace)
- Ajaib Tuhan (God's Love)
- Akan Ku Ikut Kau Sepanjang Waktu (High and Lifted Up)
- Aku Bersyukur (God Does Great Things)
- Aku Percaya (Because We Believe)
- Aku Perlu Engkau, Tuhan (I Need You)
- Aku Tuhan Semesta (I Will Follow)
- Akulah Dia ( I Was the One)
- Allah Maha Kuasa (Our God is Mighty)
- Bahagia Ku Kenal Yesus (I'm Glad I Know Who Jesus Is)
- Bangkit dan Puji (Rise Up and Praise)
- Bangkitkan, Tuhan (Let My Life Praise You)
- Bawa 'ku (Carry Me)
- Bawa Bebanmu PadaNya (Come With Your Burdens)
- Bila Kuingat Tuhan (When I Think About the Lord)
- BilurNya Menyembuhkan (By His Stripes We Are Healed)
- DamaiNya Indah (Glorious Peace)
- Datang Di Rumah Tuhan (Come Into the House)
- Datang Pada Tuhan (Come Into His Presence)
- Datang Pada Yang Maha Suci (Holy of Holies)
- Datanglah Engkau (Come Just As You Are)
- Dimanapun Kau (Wherever You Are)
- Engkau Bebas Karena KasihNya (Freedom)
- Engkaulah Raja Bagiku (Jesus the King)
- Hai, Mari Datang Menyembah (Come to Worship)
- Haleluya Bagi Sang Domba (Lamb of God)
- Haleluya Penebus (Haleluyah, What a Savior)
- Haleluya, Pujilah (Praise the Lamb)
- Hanya Kau Tuhan (God Alone)
- Hosana, Yesus Bangkit dan Menang (What the Lord Has Done For Me)
- Hosana, Yesus Menebus (What the Lord Has Done in Me)
- Indah Nama Yesus (Name Above All Names)
- Ingat KasihNya (Think About His Love)
- Jadikan 'Ku Tempat Kudus BagiMu (Sanctuary)
- Jauh Melebihi (Above All)
- Kala Jumpa Yesus (Heavenbound)
- Kasih Yang Bertumbuh (Love Grew Where the Blood Fell)
- KasihMu Mengharuku (Your Love Still Amazes Me)
- Kau Curahkan BerkatMu (We Gather in Your Presence)
- Kau Rajaku (My King)
- KeindahanMu Tak Terkatakan (Beyond Description)
- Kidung Penyembahan (The Heart of Worship)
- Kini Tuhan, Ku PerlukanMu (I Need You More, medley)
- Kita Muliakan Nama Tuhan (Glorify Thy Name)
- Kita Warga Tuhan (We Are One)
- Ku Datang, Tuhan, Ke Dekat SalibMu (I Come to the Cross)
- Ku Mau Pandang Yesus (I Want to See You)
- Ku Melihat Tangan Sang Bapa (I Can See the Hand)
- Ku S'lamat Oleh KasihNya (Saved by Grace)
- Ku Sembah Kau Tuhan (We Worship You)
- Kuasa Dalam DarahNya (Power in the Blood)
- Kuasa KasihMu (Your Love Surounds Me)
- KuasaNya Membuka Jalan (His Strength Will Make a Way)
- Kuatlah dan Tabahkan (Take Courage)
- Kudus dan Setia (Holiness)
- Kusaksikan Tuhan (Trusting God)
- Kutinggalkan Semua (I Leave it All Behind)
- Maha Baik, Tuhanku (God is Good)
- Mahkota Raja Mulia (Crowned with Praise)
- Mari, Datanglah (An Invitation)
- Mereka Yang Teguh (These Are They)
- Nafas Kehidupan (Breathe)
- Nyalakan Apiku (Turn Me On, Light Me Up)
- Pelitamu Bersinarlah (Go Light Your World)
- Penebusku Setia dan Kudus (Faithful and True)
- Percaya HatiNya (Trust the Lord)
- Puji Nama Yesus (Bless His Mighty Name)
- Pulihkanlah Jiwaku (Restore My Soul)
- Putera Surga (Heaven's Child)
- Raja Abadi (He's Worthy)
- SalbMu, Tuhanku (The Wonderful Cross)
- Salib di Kalvari (The Cross of Calvary)
- Salib Kudus (O Mighty Cross)
- Sambut Dia (Shine Your Lights)
- Sang Raja Datang (The Last Days)
- Sebutlah NamaNya (Speak His Name)
- Selaksa Tahun Kupuji NamaNya (For Eternity)
- Seluruh Diriku Kuserahkan (All of Me)
- Seluruh Hidupku (Our All in All)
- Suci, Engkau Suci (Awesome and Holy)
- Sukacita Dari Tuhan (The Joy of the Lord)
- Tiada BandingMu (There Is None Like You)
- Tiap Jam DenganMu (Each Moment With You)
- Tiap Langkah Kau Pimpin (Step by Step)
- Tuhan Maha Suci (God is Holy)
- Tuhan, Betapa IndahMu (Great and Wonderful God)
- Tuhanku, Rajaku (Lord and King)
- Tuhanlah Kekuatanku (Song of Trust)
- Ubah Hatiku, MendekatiMu (You Are the Potter)
- Yesus 'Kan Datang Lagi (We'll Rise to Meet Him)
- Yesus Ada Disini (Jesus Is Here)
- Yesus Dasar Yang Teguh (Firm Foundation)
- Yesus Hidup (Je
- Yesus Nama Terindah (Jesus, Name Above All Names)
- Yesus T'lah Menebus (Jesus Saves)
- Yesus Terang Dunia (The Light)
- Yesus, Bahagia Jiwaku (Joy of My Desire)
- Yesus, Kau Hidupku (You Are My Life)
- Yesuslah Raja Semua (The Lord of All)
No comments:
Post a Comment