Pengunjung

FEEDJIT Live Traffic Feed

Feedback


Free chat widget @ ShoutMix

Thursday, July 31, 2008

Yesus, Kekasih Jiwaku (Jesus, Lover of My Soul)





Yesus kekasih jiwaku Tak ada yang luput dariMu
Jesus, lover of my soul All consuming fire is in your gaze

Yesus, ini janjiku, ‘ku mengikutMu selalu
Jesus, I want you to know, I will follow you all my days

Tiada siapapun sepertiMu, Tuhan, Alam semestapun milikMu
But no one else in history is like you, History itself belongs to you

Alfa dan Omega, kasihMu Tuhan, Ingin ‘ku berjalan denganMu
Alpha and Omega you have loved me, I will share eternity with you

Semua bagiMu, Yesus, Ku b’rikan untukMu, Jadi kemuliaanMu,
Its all about you, Jesus, And all this is for you, For your glory and your fame

Bukan tentangku, Kar’na bukan rencanaku
Its not about me, As if you should do things my way

Hanya Kau Tuhan yang pimpin jalan hidupku
You alone our God and I surrender to Your ways

Yesus kekasih jiwaku Tak ada yang luput dariMu
Jesus, lover of my soul All consuming fire is in your gaze

Yesus, ini janjiku, ‘ku mengikutMu selalu
Jesus, I want you to know, I will follow you all my days

Tiada siapapun sepertiMu, Tuhan, Alam semestapun milikMu
But no one else in history is like you, History itself belongs to you

Alfa dan Omega, kasihMu Tuhan, Ingin ‘ku berjalan denganMu
Alpha and Omega you have loved me, I will share eternity with you

Semua bagiMu, Yesus, Ku b’rikan untukMu, Jadi kemuliaanMu,
Its all about you, Jesus, And all this is for you, For your glory and your fame

Bukan tentangku, Kar’na bukan rencanaku
Its not about me, As if you should do things my way

Hanya Kau Tuhan yang pimpin jalan hidupku
You alone our God and I surrender to Your ways

Hanya Kau Tuhan yang pimpin jalan hidupku
You alone our God and I surrender to Your ways

Wednesday, July 30, 2008

Buat pelatih baru (For the new conductor & trainer)

.
Taking a Choir practice – made easy

The first time I took a choir practice I was just sixteen years old. I walked into a room full of staring eyes and I was terrified!

Some people were talking, some came in late, and they were all probably wondering who this young whippersnapper was, and what could he teach them with all their church choir experience?

As I tried to look as if I knew what I was doing, thoughts were racing through my mind: “How do I get started? How do I get through this? … How do I get out of here alive?” Further thoughts crowded in on me as I tried hard to look a little bit older: “Will the Choir do what I ask? Will they laugh at me?” or – even worse – “What if they make fun of me?”

I needn’t have worried. What started out as a frightening experience turned out to be most enjoyable – in fact, it totally shaped my life.

Have you ever found yourself in this situation? Or perhaps you want to start a choir and you’re just not sure how to structure a choir practice? To start with, think positively! The singers are there in the rehearsal room because they chose to be there, and it’s just possible they’re more worried than you are.

They want to be inspired, to have a good sing, to be excited - moved even - but most of all they want you to succeed because … if you don’t, then none of those other things can happen.

They will become your friends, and will eventually give you a loyalty that will enrich your life. I still have choir friends made over fifty years ago: friends who will do anything for me – friends whose friendship is of immense value. This is what you can look forward to, but first things first: how do you start the choir practice?

Choir Practice has to be fun!
If you want to keep the choir’s attention, get them to turn off their cellphones right at the start. And wherever possible, make them laugh! They’re volunteers, and they’ve come out to choir practice when they could have stayed home and watched television. You have to make it enjoyable, but whatever you do – don’t make them giggle!

As a boy I sang at an important funeral. Somehow giggles erupted and the choir nearly came to a stop. In those days, punishment was rough and ready, and some of us had trouble sitting down afterwards!

Things were more relaxed when one of the guests at a wedding got the giggles. It quickly spread through the church like an epidemic so that soon everyone was giggling – including the wedding couple and the priest! The wedding vows were taken to the sound of giggles and guffaws. It was impossible not to join in and I only just managed to stumble through the Wedding March!
Practice makes Perfect …
After putting the singers at their ease with a bit of laughter, try some warming-up exercises. They needn’t be all vocal exercises. You can use some simple breathing work and a bit of movement to music. Singing is a highly physical occupation, so a lively dynamic warm-up is helpful.

Tongue twisters sung quickly are always good fun at choir practice. Here are some of my favourites: “Peter Piper picked a peck of pickled peppers” and “Red lolly, yellow lolly” (try it fast!) Invent some yourself and get the choir to come up with some new ones.

Choirs are full of eccentrics, many looking for a kind of music therapy. Spend time getting to know the individual quirks of choir members. Who won’t sit next to who at choir practice, for instance, where the personality clashes are, and who won’t share their music. Some are obsessed with choir dress and some with discipline. That’s all part of the fun – enjoy it and humour them!

Time to Start the Music
Practice something cheerful at the outset – definitely not something miserable … you can keep that for later on.

Taking a choir practice is like driving a car: avoid hazards, change gear correctly, give way at the right time, indicate clearly, and don’t crash! Study the map and know where you’re going. This one is particularly important, because the choir must never be allowed to suspect that you don’t know what you’re doing. Don’t let them doubt your infallibility – given half a chance they will!

When you prepare a piece, work out where the difficult bits are. Leave these until you have the choir’s complete attention. It’s often useful to say, “Let’s just get this bit right tonight.” Always give the singers a well-defined goal, and make sure they leave with a feeling of achievement ... but remember that by the next choir practice most of them will have forgotten what you’ve taught them.

In the end the singers should leave the choir practice happy and exhilarated. You should leave the choir practice happy, exhilarated … and exhausted. So go to the coffee bar or the pub with them, make friends, relax, laugh and joke.

Next time the choir practice won’t be nearly so frightening.
(sumber dari Internet, dikirim liwat milis tetangga)

Ratapanku Jadi Tari Pujian (Mourning into Dancing)

Sunday, July 27, 2008

Persembahan koor ?

Sandiwara Persembahan
oleh Jonathan Parapak

Persembahan di kalangan umat kristiani adalah suatu kata dan konsep yang sangat umum. Hampir di mana ada pertemuan umat, di situ "katanya" ada persembahan. Ia bisa berwujud kotak persembahan, pundi persembahan, lelang barang sebagai persembahan, lagu pujian koor, atau vocal group sebagai persembahan.

Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Yang merisaukan adalah banyak dari persembahan itu tidak lain adalah bagian dari sandiwara agamawi, yang realitasnya hanyalah keterpaksaan, rutinisme, bahkan gengsiisme. Simak saja apa yang terjadi dengan persembahan mingguan atau bulanan. Pada umumnya, dengan alasan keterbukaan maka nama penyumbang dan jumlah sumbangan diumumkan dalam warta gereja. Di sana kelihatan siapa yang menyumbang banyak dan mendapat perhatian dari jemaat. Kalau tidak pakai nama, jumlah sumbangan berikutnya akan menurun.

Nah, apakah pengumuman persembahan itu adalah sungguh-sungguh persembahan? Ataukah kesempatan persembahan dalam gereja sudah dipakai untuk pamer? Simak juga "lelang" yang diadakan oleh beberapa kelompok. Pelelang mendorong, kadang-kadang memaksa, agar banyak uang yang diberi. Peserta didorong untuk berkompetisi, gengsi diangkat-angkat untuk mengeruk dana dari partisipan.

Adakah cara ini persembahan yang turus atau murni? Sering pula kita dapati: kebaktian atau acara dengan "persembahan koor", katanya bagian dari ibadah! Karena banyaknya bisa sampai 5, 6, 10 koor sehingga ibadah berubah menjadi parade bahkan "pameran" koor, yang belum tentu mendukung ibadah. Bahkan, menyebabkan peserta ibadah gelisah, kesal dan lain-lain. Kalau demikian, apakah itu persembahan? Persembahan untuk siapa?

Semua ini serba menarik karena Firman Tuhan tegas menasihatkan agar dalam memberi supaya tulus dan ikhlas, yang diberi oleh tangan kanan, tangan kiri pun jangan tahu (Matius 6:3). Jadi, Firman Tuhan menuntut ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan persembahan yang berkenan kepada Tuhan.

Simak saja Roma 12:1, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" dan apa yang terjadi dengan Ananias dan Safira (Kisah Para Rasuk 5:1-11). Dalam hal Ananias dan isterinya, tak ada alasan untuk berbohong, kecuali dorongan gengsi, maka kesalahan keluarga itu adalah berbohong/bersandiwara di hadapan Tuhan. Hukumannya sangat cepat, kedua suami isteri meninggal.

Bersandiwara memang mengasyikan, mengangkat gengsi tetapi alangkah busuknya di hadapan Tuhan. Dalam Alkitab kita baca persembahan yang diterima Tuhan seperti yang dilakukan Habel. Dia memang secara manusia menanggung kematian karena kemarahan dan iri hati saudaranya.

Abraham rela mempersembahkan putranya sebagai tanda kesetiaannya dan imannya kepada Tuhan yang dia sembah. Tuhan Yesus memperhatikan persembahan seorang janda dari kekurangannya. Tuhan Yesus sendiri rela menderita disalib dan mati untuk menyelamatkan yang berdosa.

Contoh-contoh ini mengajak kita untuk memeriksa diri, memeriksa motivasi kita dalam memberi! Jangan-jangan pemberian kita adalah keterpaksaan; atau pameran kekayaan, atau uang sogok untuk mendapat sanjungan dan popularitas.

Persembahan yang benar dan berkenan kepada Tuhan adalah persembahan yang lahir dari hidup yang bertobat (Matius 5:24); persembahan yang merupakan kerelaan berkorban (seperti janda miskin, Lukas 21:4), persembahan yang merupakan bagian dari persembahan tubuh (Roma 12:1) dan merupakan persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah sehingga merupakan "ibadah yang sejati".

Marilah kita dengan tulus, dengan iman yang teguh, hanya menyembah Dia Sang Juruselamat kita, dan rela memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama-Nya. * 160104

Dikembangkan Oleh Gloria Cyber Ministries
© Copyright 2000-2007.
All rights reserved.

Saturday, July 26, 2008

Nyanyi dan Bersoraklah (Shout to the Lord)

Kau Yang Ku Perlu (You Are All I Need)


Mengenal Paduan Suara

Paduan suara
Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara (bahasa Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme).
Dalam pengertian ini, paduan suara juga mencakup kelompok vokal (vocal group), walaupun kadang kedua istilah ini saling dibedakan.
Struktur paduan suara
Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara tersebut. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara (misalnya sopran, alto, tenor, dan bas), walaupun dapat dikatakan bahwa tidak ada batasan jumlah suara yang terdapat dalam paduan suara. Selain empat suara, jumlah jenis suara yang paling lazim dalam paduan suara adalah tiga, lima, enam, dan delapan. Bila menyanyi dengan satu suara, paduan suara tersebut diistilahkan menyanyi secara unisono.
Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat musik. Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai bernyanyi a cappella. Bila bernyanyi dengan iringan, alat musik pengiring paduan suara dapat terdiri atas alat musik apa saja, satu, beberapa, atau bahkan suatu orkestra penuh.
Untuk latihan paduan suara, alat pengiring yang digunakan biasanya adalah piano, termasuk bahkan jika pada penampilannya digunakan alat musik lain atau ditampilkan secara a cappella.
Tata letak panggung
Terdapat banyak pandangan mengenai bagaimana masing-masing kelompok bagian suara dalam paduan suara ditempatkan di panggung pada suatu penampilan. Pada paduan suara simfonik, biasanya bagian-bagian suara diatur dari suara tertinggi ke suara terendah (misalnya sopran, alto, tenor, dan kemudian bas) dari kiri ke kanan, bersesuaian dengan penempatan bagian alat musik gesek umumnya. Pada penampilan a cappella atau dengan iringan piano, umumnya pria ditempatkan di belakang dan wanita di depan; penempatan kelompok bas di belakang kelompok sopran disukai oleh beberapa dirijen dengan alasan bahwa kedua bagian suara ini harus saling menyesuaikan nada.
Paduan suara yang lebih berpengalaman sering menyanyi dengan semua bagian suara bercampur dan tidak terkelompok-kelompok. Pendapat yang mendukung metode penempatan ini adalah bahwa metode ini memudahkan masing-masing penyanyi untuk mendengarkan dan menyesuaikan nada dengan bagian suara yang lain, walaupun hal ini menuntut kemandirian masing-masing penyanyi.
Jenis-jenis paduan suara
Kelompok paduan suara dapat dikategorikan berdasarkan jenis suara yang terdapat di dalam paduan suara tersebut:
• Paduan suara campuran (yaitu dengan suara wanita dan suara pria). Jenis ini mungkin merupakan yang paling lazim, biasanya terdiri atas suara sopran, alto, tenor, dan bas, sering disingkat sebagai SATB. Seringkali pula salah satu atau beberapa jenis suara tersebut dibagi lagi menjadi dua atau lebih, misalnya SSAATTBB (setiap jenis suara dibagi dua) dan SATBSATB (paduan suara tersebut dibagi menjadi dua yang masing-masing terdiri atas empat jenis suara). Kadang kala jenis suara bariton juga dipisahkan (misalnya SATBarB), seringkali dinyanyikan oleh penyanyi bersuara bas tinggi.
• Paduan suara wanita, biasanya terdiri atas jenis suara sopran dan alto yang masing-masing dibagi dua, sering disingkat SSAA. Bentuk lain adalah tiga suara, yaitu sopran, mezzo-sopran, dan alto, kadang disingkat SMA.
• Paduan suara pria, biasanya terdiri atas dua bagian tenor, bariton, dan bas, sering disingkat TTBB (atau ATBB jika kelompok suara tertinggi bernyanyi dengan teknik falsetto pada jangkauan nada alto, seperti lazimnya pada musik barbershop). Jenis lain paduan suara pria adalah paduan suara yang terdiri atas suara SATB seperti pada paduan suara campuran namun bagian sopran dinyanyikan oleh anak-anak laki-laki (sering disebut treble) dan bagian alto dinyanyikan oleh pria (dengan teknik falsetto, sering disebut kontratenor).
• Paduan suara anak, biasanya terdiri atas dua suara SA atau tiga suara SSA, atau kadang lebih dari itu.
Pengkategorian lain untuk paduan suara adalah berdasarkan jumlah penyanyi di dalamnya, misalnya:
• Ensembel vokal atau kelompok vokal (3-12 penyanyi)
• Paduan suara kecil atau paduan suara kamar (12-28 penyanyi)
• Paduan suara besar (lebih dari 28 penyanyi)
Paduan suara juga dapat dikategorikan menurut jenis atau genre karya yang dibawakannya, misalnya:
• Paduan suara simfonik
• Paduan suara opera
• Paduan suara lagu keagamaan (musica sacra)
• Paduan suara lagu popular
• Paduan suara jazz
• Paduan suara lagu rakyat
• Paduan suara pertunjukan (show choir), yang anggota-anggotanya menyanyi dan menari dalam penampilan yang seringkali menyerupai pertunjukan musical.
Selain itu, paduan suara dapat dikategorikan menurut lembaga tempat paduan suara tersebut berada, misalnya:
• Paduan suara Gereja,
• Paduan suara sekolah,
• Paduan suara mahasiswa,
• Paduan suara umum,
• Paduan suara profesional.
Beberapa karya paduan suara
• Zadok the Priest - Georg Friedrich Händel (1727)
• Oratorio Messiah - Georg Friedrich Händel (1741)
• Simfoni No. 9 - Ludwig van Beethoven (1824)
Beberapa paduan suara terkenal Paduan suara profesional dan amatir
• Batavia Madrigal Singers, Jakarta (pranala luar(en))
• BBC Singers, London, Inggris (pranala luar(en))
• Chanticleer, San Francisco, AS (pranala luar(en))
• Chor der Deutschen Oper Berlin (Paduan Suara Opera Jerman Berlin), Jerman (pranala luar(de))
• Chorus of the Academy of St. Martin in the Fields, London, Inggris (pranala luar(en))
• London Philharmonic Choir, London, Inggris (pranala luar(en))
• Monteverdi Choir, London, Inggris (pranala luar(en))
• Philippine Madrigal Singers, Manila, Filipina (pranala luar(en))
• The Cambridge Singers, Cambridge, Inggris (pranala luar(en))
• The King's Singers, Inggris (pranala luar(en))
• The Swingle Singers, London, Inggris (pranala luar(en))
• Twilite Chorus, paduan suara Twilite Orchestra, Jakarta (pranala luar(id)(en))
• Wiener Kammerchor, Wina, Austria (pranala luar(en)(de))
• Wiener Singverein, Wina, Austria (pranala luar(de))
• Gema Sangkakala, paduan suara Gema Sangkakala, Manado (pranala luar(id)(en))
• Voice of Soul, paduan suara Voice of Soul Choir, Jakarta (pranala luar(id)(en))
Paduan suara mahasiswa atau perguruan tinggi
• Clare College Choir, Cambridge, Inggris (pranala luar(en))
• Consolatio, Universitas Sumatera Utara, Medan (pranala luar(en))
• Cornell University Glee Club, Ithaca, New York, AS (pranala luar(en))
• Harvard Glee Club, Cambridge, AS (pranala luar(en))
• Paragita, Universitas Indonesia, Jakarta (pranala luar(en))
• PSM Unpar (Paduan Suara Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan), Bandung (pranala luar(en))
• University of Santo Tomas Singers, Manila, Filipina (pranala luar(en)(de))
• PARAMABIRA (Paduan Suara Mahasiswa Universitas Bina Nusantara), Jakarta
Paduan suara anak dan remaja
• Paduan Suara Anak Bangsa (PSAB), Jakarta (pranala luar)
• Paduan Suara Anak Indonesia (PSAI), Jakarta (pranala luar(en))
• Penabur Children Chorus, Jakarta (pranala luar)
• Seven Chorale, Jakarta (pranala luar(en))
• Wiener Sängerknaben (Vienna Boys' Choir), Wina, Austria (pranala luar(en)(de))
• World Youth Choir (Paduan Suara Remaja Dunia) (pranala luar(en))
• PARAMABIRA (Paduan Suara Mahasiswa Bina Nusantara), Jakarta ([1])
• SMUKIEZ Choir-Paduan Suara SMAK 1 BPK PENABUR Jakarta ([2])
Paduan suara Gereja
• Paduan suara King's College Chapel, London, Inggris (pranala luar(en))
• Paduan suara Katedral St. Paul, London, Inggris
• Voice of Miracle (VOM) Blessed to be the light to all nations, Surabaya (pranala luar)
Pranala luar
• (en)(de)(es)(fr) ChoralNet – portal situs-situs kepaduansuaraan
• (en) CPDL.org, Choral Public Domain Library – partitur gratis musik paduan suara
• (id) Milis pencinta paduan suara Indonesia

Thursday, July 24, 2008

Engkaulah Hidupku (You Are my All in All)




Salah satu lagu favorit yang sering kita nyanyikan di tahun 90an...

Wednesday, July 23, 2008

Tuesday, July 22, 2008

Melatih Paduan Suara yang buta not


Ini saya sarikan dari satu milis yang membahas tentang paduan suara, dan topik yang saya pilih adalah : Bagaimana melatih PS yang fals ? Karena apa ? Tak tahu baca not, malas menyanyi, atau memang nggak ‘musikal”. Masalah yang ada sama dengan yang saya hadapi dgn PS Sela atau PS Sektor lainnya di gereja saya. Nah ada yang menjawab begini :

Pertanyaan yang lebih mendasar sebenarnya adalah apa yang membuat seseorang
mampu membidik nada dengan tepat sedangkan orang lain begitu sulitnya
melakukannya? Apa yang melatarbelakangi ketepatan membidik nada?

Menurut saya jawabannya BAKAT.
Tambahannya LATIHAN yang banyak.

Tapi, pembahasan tentang bakat ini tidak berlaku di gereja, dimana biasanya
tercipta paduan2 suara (PS) dadakan dan untung-untungan yang cuma punya modal
nekad. PS2 ini biasanya terbentuk karena "harus", karna 1 "lingkungan"
(pecahannya "wilayah", dalam gereja Katolik) harus punya 1 PS. Kalau di GPIB namanya paduan suara sektor. Kalau di HKBP sering disebut wijk. Inilah yang disebut PS suka-suka itu.

Dalam situasi ini, ada orang yang mau nyanyi dan tekun berlatih pun sudah sangat
disyukuri, baik yang bisa nyanyi maupun tidak. Ada 10 orang yang datang saat
latihan sudah merupakan hal yang luar biasa, dan pastinya, 80% anggota tidak
pernah bernyanyi sebelumnya. Dan dalam situasi ini juga, yang kebagian tugas
melatih adalah satu orang yang paling bisa nyanyi di "lingkungan" bersangkutan,
yang belum tentu bisa melatih maupun mengayunkan tangan (jadi dirigen susah loh,
hehe).

Nah, itu saya tuh, hehe stres abis waktu awal2 jadi pelatih dan dirigen, sampe
akhirnya sekarang udah lumayan bisa menikmati.

Dalam kelompok PS spt ini, yang bisa saya lakukan adalah, mencoba menularkan
kesukaan bernyanyi saya pada mereka, bahwa menyanyi itu menyenangkan, lagu yang
biasa udah kita hafal tu sebenernya indah kalo kita nyanyi pake hati, dan
sedikit2 nyelipin teknik dasar.saya juga nggak bosen2 untuk ngasih contoh suara, dan kalo perlu nyanyiin lagunya supaya mereka juga bisa belajar lewat hearing dan hafalin bentuk lagu.

Untuk sekarang sih, kelompok PS yang saya pimpin ini masih dalam perjalanan
panjang menuju "vokal bulat" dan "nada pitch", hehe tapi kita terus maju, berasa
kemajuannya walau sedikit2. Tapi setiap kita bertugas mengiringi misa, dan
setiap latihan, saya udah cukup terhibur jika saya melihat mereka bisa bernyanyi
dengan senang.

Nah. di PS Sela juga begitu, untungnya kita menyanyi hampir selalu dengan musical track sehingga bisa ‘terjaga’ nggak lari nootnya, meski partiturnya sering nggak dipatuhi. Jadi memang harus mulai dengan do re mi lagi. Caranya mungkin harus seperti di Sound of Music itu, belajar dengan nyanyi Do Re Mi. Tapi jangan yang bahasa Inggeris.

Ini Do Re Mi versi Bina Vokalia:

Do, dari kata Sado
Re, hari telah sore
Mi, biasa, dengan baso
Fa, dengar swara tifa,
So, hari telah sore,
La, alunan biola,
Ti, dari titi nada,
bawa kita kembali
ke do-o-o-o

Ini versi Sekolah Minggu

DO...ITULAH DOSAMU
RE...RELAKAN HIDUPMU
MI...MINTA PADA TUHAN
FA...FAHAMI FIRMANNYA
SO...SOBATKU YANG BAIK
LA...LAMA TAK BERJUMPA
SI...SILAHKAN DIA MASUK
DO....DOSAMU TERAMPUNI.


Ini Do-Re-Mi versi Homer Simpson:

Dough, the stuff, that buys the beer (dough = bisa berarti duit)
Ray, the guy who sells the beer
Me, the guy, who drinks the beer
Far, the distance to my beer,
So, I drive to get my beer,
La, lalalalalala...
Tea, no thanks I'm drinking beer,
That will bring me back to -
D'oh!

Kau Angkatku (You Raise Me Up)


Be still, my soul: the Lord is on your side.
Bear patiently the cross of grief or pain;
leave to your God to order and provide;
in every change God faithful will remain.
Be still, my soul: your best, your heavenly friend
through thorny ways leads to a joyful end.

"You Raise Me Up"

When I am down and, oh my soul, so weary;
When troubles come and my heart burdened be;
Then, I am still and wait here in the silence,
Until you come and sit awhile with me.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

You raise me up... To more than I can be.

Sunday, July 20, 2008

Mezbah Ampunan (Table of Grace)



Hear the good news, you’ve been invited
No matter what others may say,
Your darkest sins will be forgiven
And you will always have a place.

So come you weak, and heavy hearted
Don’t try to hide your earthly scars.
And in His eyes, we all are equal
Don’t be afraid, come as you are.

At the table of grace the cup’s never empty.
The plate’s always full, and it’s never too late.
To come and be filled with love never ending
You’re always welcome at the table of grace.
(Instrumental break)

So let the first become the last
And let the poor put kings to shame.
Their willing hearts will be their treasure
By the power of Jesus’ name!

At the table of grace the cup’s never empty
The plate’s always full, and it’s never too late!
To come and be filled with love never ending
You’re always welcome at the table of grace

To come and be filled with love never ending:
You’re always welcome, You’re always welcome
You’re always welcome at the table of grace.

Saturday, July 19, 2008

Kini 'Ku Menyembah (Here I Am to Worship)



Light of the world, You step down into darkness.
Opened my eyes let me see.
Beauty that made this heart adore you hope of a life spent with you.

[Chorus]
And here I am to worship,
Here I am to bow down,
Here I am to say that you're my God,
You're altogether lovely,
Altogether worthy,
Altogether wonderful to me.

King of all days,
Oh so highly exalted Glorious in heaven above.
Humbly you came to the earth you created.
All for love's sake became poor.

[Chorus]
Here I am to worship,
Here I am to bow down,
Here I am to say that you're my God,
You're altogether lovely,
Altogether worthy,
Altogether wonderful to me.

I'll never know how much it cost to see my sin upon that cross.
I'll never know how much it cost to see my sin upon that cross.
And I'll never know how much it cost to see my sin upon that cross.
No I'll never know how much it cost to se my sin upon that cross.

[Chorus]
Here I am to worship,
Here I am to bow down,
Here I am to say that you're my God,
You're altogether lovely,
Altogether worthy,
Altogether wonderful to me.
So Here I am to worship,
Here I am to bow down,
Here I am to say that you're my God,

Friday, July 18, 2008

Musik Etnis Sebagai Musik Gereja

oleh : Job Palar

Jakarta - Minggu, 20 Juni 2005, dalam sebuah seminar yang merupakan bagian dari The 2nd Symposium on Church Choral Music di Bandung, Christian Tamaela sibuk dengan segala perlengkapan di ruang tempat dia akan memberi ceramah. Christian hendak membuat ruang itu semacam etalase alat-alat musik etnik.
Berbagai jenis alat musik dihadirkannya. Para peserta ceramahnya barangkali akan kesulitan untuk melafalkan nama-nama alat musik dari berbagai daerah itu. Yang paling mudah disebut, ya, batu kali. Beberapa batu kali segenggaman tangan di kelas ini “naik derajat” jadi sebuah alat musik.
“Hentakan kaki atau bagian tubuh yang dipukul-pukulkan saja sudah alat musik. Batu ini kalau kita pukul-pukulkan secara berirama pasti menimbulkan musik, tinggal kita padukan saja,” kata Christian dengan penuh semangat.
Christian Tamaela adalah seorang yang memiliki keahlian dan semangat yang langka saat ini. Baginya, musik etnik adalah jiwa dari musik itu sendiri.
Bagi Christian, semangat darik lagu-lagu dan musik etnik juga bisa membawa jemaat sebuah gereja untuk memuji Tuhan, tidak perlu menggeser atau pun berhadap-hadapan dengan musik gereja asal Barat. Musik gereja yang berakar dari musik Barat memang telah menjadi semacam musik sakral, sehingga posisi musik yang berakar kedaerahan negeri ini sendiri malah sempat dianggap musik profan.
Musik etnik jelas memiliki karakter tersendiri. Ini bisa dilihat dari bentuk tangga nadanya. Pentatonik tipe do-mi-fa-sol-si-do dikenal di daerah Sunda dengan istilah degung, atau tipe sunaren (mi-do-si-la-fa-mi) yang dipakai di Bali. Ada lagi tangga nada heksatonik (enam nada) yang khas Batak Simalungun, Sumba, atau Nias. Masih banyak lagi berbagai jenis tangga nada yang dikenal di tiap daerah.
Tiap-tiap seniman asli daerah itu tentu tidak pernah berpikir tangga nada dan sebagainya. Pengetahuan musik baratlah yang “menemukan” dan “menetapkan” pedoman itu. Christian Tamaela yang juga memiliki dasar pengetahuan barat yang cukup lengkap membuka tabir misteri tangga-tangga nada khas daerah itu dalam berbagai presentasi dan penciptaan lagu.
Setidaknya bagi Christian, musik barat memberi sumbangan terhadap pendokumentasi musik etnik.
Upaya-upaya memperkenalkan musik etnik dalam liturgi gereja saat ini lebih dikenal dengan kontekstualisasi dan inkulturasi.
Yang sering dipermasalahkan oleh jemaat di gereja-gereja biasanya adalah lagu etnik terasa begitu berjarak. “Bagaimana mungkin saya menyanyikan lagu bertangga nada heksatonik dan bernuansa Batak Simalungun, sementara saya sendiri adalah orang Minahasa?”
Pemujaan pada Tuhan lewat lagu pujian, padahal tidak mengenal batas-batas kesukuan. Asalkan lagu itu berbahasa Indonesia, walaupun dia diadopsi atau bernuansa lagu Batak Simalungun, mengapa tidak kita gunakan dalam memuja Tuhan di ibadah-ibadah kita.
Toh prosesnya sama dengan kita mengindonesiakan lagu-lagu karya Bach, Mendellsshon, Mozart dan banyak lagi, yang sekarang ini menjadi koleksi dalam kumpulan buku lagu Kidung Jemaat, misalnya.
Paduan suara gereja pasti bisa menjadi ujung tombak memperkenalkan musik etnik. Namun, ini pun bisa jadi pekerjaan rumah tersendiri.
Paduan suara gereja kebanyakan malah terjebak pada pengayaan literatur musik barat. Seolah lagu-lagu semacam Locus Iste karya Anton Bruckner atau Hallelujah karya Mendelsshon menjadi semacam lagu yang wajib diketahui atau dinyanyikan.
Christian Tamaela sendiri telah membuat lagu paduan suara yang sampai saat ini bisa dianggap sukses mendampingi kepatenan lagu-lagu semacam Hallelujah karya Mendelsshon. Setidaknya, paduan-paduan suara negeri ini akan lebih merasa lengkap jika mereka pernah menyanyikan lagu Toki Gong karya Christian Tamaela.
Syair awalnya berbunyi demikian,”Taka dong dong, taka dong dong, taka taka dong, dong…” Sepintas seperti tak bermakna apa-apa. Lagu ini mengajak kita bersuka cita dalam memuliakan Tuhan, namun dengan keceriaan seperti keceriaan penduduk desa di salah satu sudut Ambon sepulang dari melaut.
“Saya membayangkan orang-orang bernyanyi dan menari dengan tifa. Orang-orang di Ambon kalau menyanyi sering sekali diiringi tifa. Bunyi ‘taka’ itu tiruan tifa, dan bunyi ‘dong’ tiruan gong,” kata Christian menjelaskan tentang proses penciptaan lagunya kepada SH.
Lagu ini begitu ritmis, di berbagai bagian akan terselip tepukan tangan yang harus dilakukan secara seragam. Ini pula yang membuat banyak paduan suara merasa tertantang untuk membawakannya dengan baik dan sesempurna mungkin.
Saat ini, apa yang diperjuangkan oleh Christian dengan menciptakan sekaligus memperkenalkan lagu-lagu etnik boleh jadi telah berbuah. Banyak gereja yang telah mengakui karya-karya musik etnik di dalam struktur liturgi mereka. Dan lagu-lagu Christian Tamaela menjadi salah satu lagu yang paling sering ditemui.
Sebut saja lagu-lagunya seperti O Datanglah Segra ya Roh Kudus (O Come Quicly, Holy Spirit) dan Tuhan Kasihani (Kyrie Eleison) yang telah terdaftar dalam buku nyanyian jemaat bertajuk Sound The Bamboo, Christian Conference of Asia Hymnal 1990/2000.
Ini adalah pencapaian yang sangat baik untuk ukuran jemaat gereja yang telah menganggap lagu-lagu Baratlah yang bisa disebut “lagu gereja”. Dan, perjuangan mencari pengakuan untuk lagu-lagu etnik itu sudah pasti belum selesai. Christian Tamaela masih akan terus berkarya menciptakan lagu-lagu bernuansa etnik, setidaknya dari ranah kehidupan yang telah dikenalnya dan mendarah daging, yaitu etnik Maluku.

Copyright © Sinar Harapan 2003

Penuhkan Cangkirku (Fill My Cup)



Salah satu lagu favorit kami dgn PS Sela, yang ditampilkan pertama kali tahun 1997.

Thursday, July 17, 2008

Selaksa Tahun (For Eternity)

09 Track 9.wma -

Lagu ini dinyanyikan PS Sela, Jakarta menggunakan partitur dan lirik dari kami.
Pilih lagu yang anda senangi dan hubungi kami untuk memperoleh partitur not angkanya, lengkap dengan lirik dalam bahasa Indonesia. Make comment here and leave your email !

Tuesday, July 15, 2008

Sambut Dia Cahaya Abadi (Shine Your Lights)




Yang gelap t’lah jadi t’rang. Penantian, janji digenapkan, Kristus t’lah datang.
Once a darkness now a light. Once a longing, now a sign to the world that the Christ has come

Ada suara, memecah. Keheningan, berubah menjadi suka cita, ’ku bernyanyi
Once a silence, now a voice. Once a stillness, now rejoicing in heaven with a song my heart can sing.

Puji Tuhan ! Haleluya ! Kar’na Putra yang lahir membawa surga ke dunia
Glory to God ! Alleluia ! For the Child that was born to us that night Bro’t heaven down to earth

Puji Tuhan ! Haleluya! Sambut Dia Cahaya Abadi, Rayakan kelahiranNya
Glory to God, Alleluia! Come and worship the Everlasting Light, And celebrate His holy birth.

Di palungan, tahtaNya dalam kandang rumahnya Sang Putra, jadi Sang Raja.
Once a manger, now a throne. Once a stable, now a home for a Child to be crowned my King.

‘Ku dibrikan, harapan. Kemelut t’lah digubah jadi kidung pujian, Nyanyikanlah.
Once defeated, now there’s hope. Once a discord, now composed is a song of perfect praise, So let us sing.

Puji Tuhan ! Haleluya ! Kar’na Putra yang lahir membawa surga ke dunia.
Glory to God ! Alleluia ! For the Child that was born to us that night Bro’t heaven down to earth

Puji Tuhan ! Haleluya! Sambut Dia Cahaya Abadi, Rayakan kelahiranNya
Glory to God, Alleluia! Come and worship the Everlasting Light, And celebrate His holy birth.

Puji Tuhan!Puji Tuhan! Puji Tuhan ! ( Haleluya ! Haleluya ! Haleluya)
Glory to God ! Glory to God ! Glory to God! Alleluia !Alleluia! Alleluia)


(hanya bagian pertama dari medley)

Sunday, July 13, 2008

Bawa 'ku (Carry Me)





Bawa ku, ya, Bapa, diatas sayap kasihMu.
Carry me, Father God, on Your strong eagle wings of love.
Raihku jagaku, di tengah badai duka, bawaku.
Thru’ the storm keep me save, thru’ the tears and all my shame, carry me. (2X)

Dunia penuh derita, Dan saat ‘ku dicoba, Tak pernah Engkau tinggalkan
This world is full of trouble, And in the night I stumble, But You never will forsake me
Dan saat ‘ku terjatuh, Kau dengar suaraku, Kau disana menolongku.
You see me when I fall, You hear before I call, And You’re always there to save me.

Bawa ku, ya, Bapa, diatas sayap kasihMu.
Carry me, Father God, on Your strong eagle wings of love.
Raihku jagaku, di tengah badai duka, bawaku.
Thru’ the storm keep me save, thru’ the tears and all my shame, carry me.

Setiap jam, ya Tuhan, Dikau kuperlukan.
I need Thee, O I need Thee ! Ev’ry hour I need The !
’Ku datang Jurus’lamat, berkatilah !
O bless me now, my Saviour; I come to Thee !

Bawa ku, ya, Bapa, diatas sayap kasihMu.
Carry me, Father God, on Your strong eagle wings of love.
Raihku jagaku, di tengah badai duka, bawaku.
Thru’ the storm keep me save, thru’ the tears and all my shame, carry me.